Diguncang Demo, Presiden Belarusia: Rusia Janji Beri Bantuan
Ribuan warga Belarusia mendesak presidennya untuk mundur
REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, mengatakan Rusia telah berjanji untuk memberikan bantuan komprehensif jika diperlukan melalui panggilan telepon dengan Presiden Vladimir Putin pada Sabtu (15/8). Bantuan itu untuk memastikan keamanan negaranya yang sedang dilanda demonstrasi besar.
Kedua presiden berbicara ketika puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Minsk mendesak Lukashenko untuk mundur. Bahkan, staf di penyiar negara bagian Belarusia BT mempertimbangkan untuk bergabung dengan gelombang pemogokan dan protes massa.
Orang-orang berkumpul untuk meletakkan bunga di mana salah satu pengunjuk rasa tewas minggu ini, mengibarkan bendera dan meneriakkan "pergi" dan "Lukashenko adalah pembunuh".
Massa juga berkumpul di luar stasiun penyiaran negara bagian BT. Beberapa staf, termasuk presenter, berjalan keluar gedung, mengatakan mereka telah mengundurkan diri, sementara bendera oposisi merah-putih dipasang di luar. Kemudian polisi antihuru hara terlihat masuk ke dalam. Beberapa pabrik industri terbesar yang dikelola negara di negara itu, tulang punggung model ekonomi gaya Soviet Lukashenko, dilanda protes dan pemogokan minggu ini.
Dituduh mencurangi pemilihan pekan lalu, Lukashenko sebelumnya meminta bantuan Putin. Dia saat ini bergulat dengan tantangan terbesar dalam pemerintahannya selama 26 tahun dan ancaman sanksi Barat yang baru.
Hubungan antara dua sekutu dekat itu tegang sebelum pemilihan, karena Rusia mengurangi subsidi yang menopang pemerintahan Lukashenko. Rusia melihat Belarusia sebagai penyangga strategis melawan NATO dan Uni Eropa.
Selain itu, negara bertetangga itu telah menandatangani perjanjian pada 1999 yang seharusnya menciptakan negara bersatu. Proyek unifikasi tidak pernah dilaksanakan dengan baik dan baru-baru ini Lukashenko menolak seruan Moskow untuk hubungan ekonomi dan politik yang lebih dekat sebagai serangan terhadap kedaulatan negaranya.
Kantor berita negara Belta mengutip pernyataan Lukashenko bahwa pada permintaan pertama, Rusia akan memberikan bantuan komprehensif untuk memastikan keamanan Belarus jika terjadi ancaman militer eksternal. Namun, pernyataan Kremlin tidak menyebutkan bantuan tersebut.
Rusia hanya menyinggung kalau kedua belah pihak menyatakan keyakinan bahwa semua masalah di Belarus akan segera diselesaikan. Pernyataan dari kedua belah pihak pun meruju ke negara persatuan antara kedua negara.
Lukashenko menuduh para pengunjuk rasa sebagai penjahat dan bersekongkol dengan pendukung asing. Moskow pekan ini juga menuduh negara-negara yang tidak disebutkan namanya melakukan campur tangan luar di Belarusia.
Sebagai tanda lebih lanjut ingin memperbaiki hubungan dengan Moskow, Lukashenko menyerahkan kembali 32 anggota Rusia dari sebuah perusahaan keamanan swasta. Mereka ditahan sebelum pemilihan karena dicurigai merencanakan untuk mengguncang Belarusia.
Keputusan itu membuat marah Ukraina, karena Kyiv telah meminta Minsk untuk mengekstradisi 28 orang karena dicurigai bertempur bersama separatis yang didukung Rusia di wilayah Donbass timur. “Mantan presiden #Belarus sekarang meminta bantuan Putin. Terhadap siapa? Melawan orang-orang yang membawa bunga di jalanan? ” kata Menteri Luar Negeri Lituania Linas Linkevicius malelui Twitter.
Uni Eropa bersiap untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Belarusia. Langkah itu sebagai tanggapan atas tindakan keras yang menewaskan sedikitnya dua pengunjuk rasa dan ribuan orang ditahan.