Menristek: Kolaborasi Kunci Riset dan Inovasi Masa Depan

Kolaborasi riset di era revolusi industri bisa dilakukan menggunakan teknologi

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengenakan jas laboratorium saat kunjungan kerja di Gedung Bio Farma. Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan riset dan inovasi di masa depan penuh dengan kolaborasi. Kolaborasi antarinstansi ini sudah mulai diterapkan di Indonesia dan semakin masif saat pandemi Covid-19 berlangsung.
Rep: Inas Widyanuratikah Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan riset dan inovasi di masa depan penuh dengan kolaborasi. Kolaborasi antarinstansi ini sudah mulai diterapkan di Indonesia dan semakin masif saat pandemi Covid-19 berlangsung.


Ia menjelaskan, di masa lalu gambaran seorang peneliti adalah satu orang berada di dalam laboratorium mengenakan jas praktik. Menurutnya, gambaran tersebut sudah tidak relevan di masa kini karena kolaborasi sangat dibutuhkan.

Inovasi-inovasi yang dihasilkan anak bangsa selama masa pandemi, baik itu berupa ventilator, alat rapid test, atau lainnya tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak. Di satu universitas pun, kolaborasi antarfakultas juga sudah dilakukan.

Selanjutnya, setelah suatu inovasi dilakukan, perlu ada proses hilirisasi. Proses ini diperlukan agar hasil inovasi bisa bermanfaat secara langsung bagi masyarakat. Hilirisasi perlu melibatkan industri, agar nantinya hasil inovasi bisa diproduksi secara massal dan cepat.

"Jadi inilah riset dan inovasi gaya baru. Riset dan inovasi masa depan. Riset yang basisnya kolaborasi," kata Bambang, dalam sambutannya saat membuka ulang tahun ke-42 BPPT, disiarkan melalui Youtube, Senin (24/8).

Selain itu, lanjut Bambang, kolaborasi di era revolusi industri 4.0 bisa dilakukan menggunakan teknologi. Pihak yang terlibat dalam sebuah proses inovasi tidak harus duduk bersama di dalam satu ruangan. Kolaborasi tetap bisa dilakukan meskipun mereka semua berjauhan.

"Inilah berkah pandemi Covid-19 yang membuat para peneliti sadar, bahwa memecahkan masalah dunia, memecahkan masalah kemanusiaan tidak bisa sendirian. Harus kerjasama dan kolaborasi. Tidak boleh ada namanya ego, baik bidang institusi atau bidang ilmu," kata dia lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler