Tujuh Situ di Bogor akan Direvitalisasi untuk Tangkal Banjir

Revitalisasi juga agar situ dapat dimanfaatkan sebagai sumber air.

Antara/Yulius Satria Wijaya
[Ilustrasi] Latihan penyelamatan korban di situ di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kodam III/Siliwangi bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan merevitalisasi tujuh situ di Kabupaten Bogor untuk menangkal banjir.
Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kodam III/Siliwangi bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan merevitalisasi tujuh situ di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Revitalisasi ini untuk menangkal banjir.

Baca Juga


"Tahun ini kita kembangkan tujuh situ untuk mengembalikan fungsi situ tersebut, dimana situ semakin lama mendangkal. Padahal, situ adalah cadangan air bagi warga sekitar," ujar Panglima Kodam III/Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto di Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (24/8).

Menurutnya, revitalisasi situ dilakukan agar fungsi situ sebagai sumber daya air dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengantisipasi kekeringan air dari wilayah hulu hingga hilir. Ia menyebutkan revitalisasi itu akan diwujudkan dalam bentuk penggalian situ hingga kedalaman 3 meter, serta penanaman pohon di sekitar situ agar ada area resapan, serta pembibitan ikan demi keseimbangan ekosistem situ.

"Kita butuh waduk untuk pemanfaatan air yang diperlukan warga sekitar. Waduk-waduk kita kembalikan lagi fungsinya, sehingga bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk masyarakat setempat. Pelaksananya dari Kodim dan Korem," tuturnya.

Meski tidak menyebutkan nama-nama situ secara rinci yang akan direvitalisasi, menurutnya, tiga di antaranya adalah Situ Tlajung Ilir Gunung Putri, Situ Cibuntu Cibinong dan Situ Cilala Kemang. Ia menegaskan jika ada situ yang pemanfaatannya tidak sesuai fungsi, harus dilakukan normalisasi agar sumber daya airnya bisa dimanfaatkan.

"Harus dikembalikan lagi, dinormalisasi. Kalau misalnya situ luasnya 3 hektare kemudian musim kemarau menjadi 1 hektare, maka harus dinormalisasi kembali," tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler