Hamas dan Israel Sepakat Akhiri Gejolak di Jalur Gaza

Hamas mengumumkan kesepakatan dengan Israel untuk mengakhiri gejolak di Jalur Gaza

AP / Adel Hana
Petugas keamanan Hamas berjaga-jaga di pintu gerbang perbatasan ke perlintasan Rafah sisi Mesir, di Rafah, Jalur Gaza, Selasa (11/8/2020).
Rep: Rizky Jaramaya/Umar Mukhtar Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas mengumumkan kesepakatan dengan Israel untuk mengakhiri gejolak kekerasan yang meningkat di Jalur Gaza, Senin (31/8). Di bawah perjanjian yang ditengahi Qatar itu, para militan Hamas akan menghentikan serangan mereka dan sebagai gantinya Israel mencabut blokade di perbatasan.

Kantor pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, mengatakan kesepakatan tersebut tercapai setelah pembicaraan dengan utusan Qatar, Mohammed el-Emadi. "Kesepakatan dicapai untuk mengekang eskalasi terbaru dan mengakhiri agresi (Israel) terhadap rakyat kami," kata kantor pemimpin Hamas Yahya Sinwar dilansir Aljazirah, Selasa (1/9).

Baca Juga



Dalam kesepakatan itu, Hamas akan menghentikan peluncuran balon yang berisi bahan peledak. Sebagai imbalannya, Israel akan mengizinkan nelayan keluar ke Mediterania, mengurangi pembatasan barang masuk, dan kembali memasok bahan bakar ke Gaza.

Israel belum memberikan komentar atas kesepakatan penurunan eskalasi itu. Namun sumber yang dekat dengan delegasi Qatar menyebut Israel bersedia melanjutkan pengiriman bahan bakar untuk pembangkit listrik jika Hamas menghentikan peluncuran balon peledak.

Upaya mediasi semakin mendesak setelah pihak berwenang di Gaza mendeteksi kasus pertama penularan virus corona secara lokal. Hamas telah memberlakukan penguncian di daerah kantong pantai yang merupakan rumah bagi dua juta warga Palestina.

Pasukan Israel terus melakukan serangan di Gaza hampir setiap hari sejak 6 Agustus. Serangan itu sebagai tanggapan atas peluncuran balon yang berisi bahan peledak oleh Hamas ke selatan Israel.

Israel telah melakukan serangan terhadap infrastruktur dan lahan pertanian Hamas di Jalur Gaza. Peningkatan ketegangan antara Hamas dan Israel dipicu oleh peluncuran balon pembawa bahan peledak oleh Palestina ke Israel selatan dalam dua pekan terakhir.

Balon dan layang-layang yang diterbangkan dari Gaza kerap membakar lahan pertanian di Israel. Palestina melakukan ini agar Israel mencabut blokade mereka yang diberlakukan sejak 2007. Blokade Israel telah menyebabkan perekonomian Palestina merosot tajam.

Para pemimpin Palestina di Gaza menuding Israel terus mengingkari kesepakatan. Menurut laporan media Palestina, Israel tidak memperluas zona penangkapan ikan yang diizinkan di Gaza hingga 20 mil laut, tidak mengizinkan pembangunan saluran listrik baru ke Jalur Gaza, tidak mengizinkan pembangkit listrik Gaza beroperasi dengan gas alam, dan tidak memfasilitasi pergerakan barang. Israel juga melarang masuknya 1.200 truk melalui penyeberangan Karem Abu Salem atau dikenal sebagai Kerem Shalom ke Israel.

Menanggapi peluncuran balon tersebut, Israel telah mengambil tindakan hukuman terhadap Gaza dengan membatasi barang-barang yang datang melalui penyeberangan, menutup laut sepenuhnya untuk para nelayan Gaza, dan menghentikan pasokan bahan bakar. Hal ini menyebabkan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu mati dan aliran listrik yang berkurang selama empat jam sehari.

Blokade Israel terhadap Gaza telah menimbulkan kesulitan ekonomi bagi penduduk setempat. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, tingkat kemiskinan penduduk Gaza mencapai 53 persen. Sementara kemiskinan ekstrem mencapai 33,8 persen.

Al Monitor melaporkan, Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), sebuah badan yang dikelola militer Israel untuk menangani masalah sipil di Jalur Gaza, menyatakan bahwa perbatasan akan dibuka kembali pada Selasa (1/9). COGAT juga mengumumkan bahwa zona penangkapan ikan lepas pantai Gaza akan dikembalikan.

"Keputusan ini akan diuji di lapangan. Jika Hamas yang bertanggungjawab atas semua tindakan yang diambil di Jalur Gaza itu gagal memenuhi kewajibannya, Israel akan melakukan tindakan yang sesuai," kata COGAT dalam sebuah pernyataan dilansir di New York Times.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler