KKP: Daya Beli Pembudi Daya Ikan Terus Merangkak Naik
Sejak awal tahun, rantai pasok produk perikanan terhambat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data kinerja ekonomi periode Agustus 2020 atau periode akhir kuartal II. Dalam rillis tersebut, BPS mencatat capaian kinerja positif khususnya menyangkut Nilai Tukar Pembudi daya Ikan (NTPi) yang kembali stabil di angka 100. Pada Agustus, tercatat NTPi naik 0,19 poin dari Juli yakni dari 100,40 menjadi 100, 59.
Angka NTPi menjadi salah satu indikator utama adanya perbaikan daya beli masyarakat. Angka Nilai Tukar Usaha Pembudidaya Ikan (NTUPi) juga tercatat naik 0,03 poin yakni dari 100,77 di bulan Juli menjadi 100,80.
Angka ini mengindikasikan ada perbaikan pada efisiensi produksi budi daya, sehingga ada penambahan nilai tambah margin keuntungan. Sebelumnya di kuartal I, pandemi Covid-19 telah menyebabkan rantai pasok produk perikanan budidaya terhambat yang menyebabkan indeks harga komoditas anjlok di tingkat pembudidaya ikan, dan menyebabkan NTPi turun lebih dalam.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan capaian NTPi yang dirilis BPS merupakan kabar baik di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda. Slamet juga memastikan capaian tersebut merupakan dampak dari berbagai program stimulus langsung yang terus digelontorkan pemerintah.
"Saya kira ini dampak nyata berbagai stimulus langsung secara nyata berdampak pada efisiensi usaha, nilai tambah dan daya beli para pembudi daya ikan. Ini sangat sejalan dengan tujuan utama, yakni bagaimana menjamin agar daya beli masyarakat tetap terjaga positif," ucap Slamet di Jakarta, Kamis (3/9).
Slamet menyebut, di saat rumpun sektor lain sedang terpuruk, justru rumpun sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menunjukkan adanya tren yang mulai positif. Ia memprediksi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan seperti saat ini tidak terlalu memengaruhi konsumsi pangan masyarakat.
"Ini saatnya sub sektor perikanan budidaya jadi ujung tombak dan bahkan menjadi tali penyelamat dari kemungkinan resesi ekonomi. Daya beli yang tetap terjaga baik, akan meningkatkan pengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakat dan ini baik untuk mengungkit Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia," kata Slamet menambahkan.