Taliban Bentuk Delegasi Perundingan Damai Afghanistan
Taliban membentuk delegasi beranggotakan 21 orang untuk perundingan damai
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Taliban membentuk delegasi beranggotakan 21 orang untuk melakukan perundingan damai dengan Pemerintah Afghanistan, Sabtu (5/9). Pembicaraan antara kedua belah pihak diagendakan digelar di Doha, Qatar.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahed mengungkapkan tim perunding telah diumumkan berdasarkan keputusan Amirul Mukminin (Ketua Taliban Mulla Hibat Ullah). "Syekh Mawlawi Abdul Hakim ditunjuk sebagai ketua tim perundingan dan Sher Muhammad Abbas Stanekzai sebagai wakilnya. Dr. Muhammad Naeem Wardak ditunjuk sebagai juru bicara kantor politik," kata dia melalui akun Twitter pribadinya dikutip laman Anadolu Agency.
Para juru runding dan pejabat senior Afghanistan dilaporkan telah bertolak ke Doha, Qatar, pada Kamis (3/9). Hal itu menjadi sinyal bahwa perundingan damai antara Afghanistan dan Taliban segera dimulai.
Beberapa sumber diplomatik dan pemerintah Afghanistan mengungkapkan, belum jelas kapan perundingan akan dimulai. Menurut mereka pembicaraan itu paling cepat berlangsung pada Sabtu. Kepala tim negosiasi Afghanistan Mohammad Masoom baru-baru ini mengatakan delegasinya akan segera memulai perundingan damai.
Negosiasi perdamaian Afghanistan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) telah terhenti selama berbulan-bulan. Hal itu karena Taliban menetapkan syarat pembebasan 5.000 anggotanya yang ditahan pemerintah sebelum perundingan dimulai. Sebagai gantinya, Taliban pun akan membebaskan seribu pasukan keamanan yang mereka tawan.
Pemerintah Afghanistan telah membebaskan lebih dari 4.000 tahanan Taliban. Namun sekitar 320 orang yang dituduh melakukan kejahatan serius tetap ditahan hingga saat ini. Terkait proses ini, Prancis dan Australia telah menyatakan keberatan atas pembebasan beberapa anggota Taliban yang terlibat dalam pembunuhan warga mereka di Afghanistan.
Konflik Afghanistan telah berlangsung sejak 2001. Menurut PBB lebih dari 32 ribu warga sipil telah tewas dalam konflik tersebut.
Selama 19 tahun AS menjadi sekutu pemerintah dalam memerangi Taliban dan kelompok teroris lainnya. Lebih dari 2.300 pasukan AS tewas di Afghanistan. Mereka terbunuh akibat pertempuran dan serangan bom yang kerap dilancarkan Taliban.