Donald Trump Layangkan Ancaman ke Iran Jika Serang AS
Sebuah laporan menyebut Iran berencana membunuh Dubes AS untuk Afsel.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Donald Trump mengancam akan bertindak tegas jika Iran melakukan serangan terhadap Amerika Serikat (AS). Kecaman keras ini diutarakan setelah situs berita Politico melaporkan bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk membunuh Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Lana Marks.
"Setiap serangan oleh Iran, dalam bentuk apapun, Amerika Serikat akan menyerang Iran 1.000 kali lebih besar!" ujar Trump dalam cicitannya di Twitter, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (15/9).
Dalam laporannya, Politico mengatakan setiap langkah yang dilakukan oleh Iran akan menjadi pembalasan atas kematian komandan militer tertinggi Qassem Soleimani. Pada Januari lalu, Trump mengonfirmasi bahwa dirinya telah memerintahkan untuk membunuh Soleimani yang ketika itu sedang berada di Baghdad, Irak. Trump mengatakan, keputusannya untuk memerintahkan pembunuhan terhadap Soleimani adalah hal yang tepat.
Dalam sebuah cicitan di Twitter pada Senin (14/9) malam, Trump mengatakan, menurut laporan media, Iran merencanakan pembunuhan atau serangan lain terhadap AS. Rencana itu sebagai bagian dari tindakan balas dendam atas kematian Soleimani. Namun, Gedung Putih tidak memberikan komentar terkait rencana serangan Iran tersebut.
Ketegangan antara AS dan Iran melonjak setelah pembunuhan Soleimani. Kekhawatiran meningkatnya eskalasi antar kedua negara mulai muncul ketika Iran melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Irak. Trump kemudian menanggapi serangan itu dengan mengancam akan menjatuhkan lebih banyak sanksi ekonomi kepada Teheran.
Dilansir Financial Times, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden menyalahkan Trump atas meningkatnya ketegangan AS dengan Iran. Menurutnya, meningkatnya ketegangan dengan Iran berisiko membawa AS lebih dekat kepada perang Timur Tengah tanpa strategi.
"Tekanan maksimum pemerintahan Trump terhadap Teheran telah menjadi keuntungan bagi rezim di Iran, dan menjadi tantangan yang sulit untuk kepentingan Amerika," ujar Biden kepada CNN.