WHO: Perlu Penelitian Infeksi Covid-19 pada Anak dan Remaja
WHO menyatakan infeksi Covid-19 pada anak dan remaja lebih ringan.
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, anak-anak dan remaja memang berisiko terinfeksi virus corona baru. Hanya saja, tingkat infeksi yang dialami cenderung lebih ringan dan hanya sedikit kasus yang parah.
Oleh karenanya, penutupan sekolah harus menjadi upaya terakhir, hanya sementara, dan hanya pada tingkat lokal di daerah penularan yang intens. Hal itu ia kemukakan dalam kesempatan webinar secara daring dengan UNESCO dan UNICEF tentang pertimbangan untuk tindakan kesehatan masyarakat terkait sekolah melawan pandemi.
"Data yang kami miliki menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen kasus yang dilaporkan dan kurang dari 0,2 persen kematian terjadi pada orang di bawah usia 20 tahun," ujar Tedros seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (16/9).
Namun demikian, diperlukan lebih banyak penelitian tentang faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyakit Covid-19 yang parah dan kematian di antara anak-anak dan remaja. Tedros mengatakan, bahwa sejak awal pandemi virus corona baru muncul, pihaknya memahami bagaimana hal itu memengaruhi anak-anak telah menjadi prioritas.
Sembilan bulan setelah pandemi, pertanyaan tetap ada, tetapi WHO mulai memiliki gambaran yang lebih jelas. "Kami tahu bahwa virus ini dapat membunuh anak-anak, tetapi anak-anak cenderung memiliki infeksi yang lebih ringan, dan sangat sedikit kasus yang parah dan kematian akibat Covid-19 di antara anak-anak dan remaja," kata Tedros.
Terkait dengan efek kesehatan jangka panjang yang mungkin dialami para anak-anak dan remaja, WHO mengaku belum benar-benar yakin. Menurut Tedros, potensi efek kesehatan jangka panjang bagi orang usia muda yang terinfeksi masih belum diketahui. Meskipun anak-anak sebagian besar telah terhindar dari banyak efek kesehatan yang paling parah dari virus, di mana mereka menderita dengan cara lain.
Di banyak negara, layanan penting untuk nutrisi dan imunisasi telah terganggu. Hal itu dapat dilihat dari jutaan anak tidak bersekolah selama berbulan-bulan.
"Kami semua ingin melihat anak-anak kembali ke sekolah, dan kami semua ingin memastikan sekolah menjadi lingkungan belajar yang aman dan mendukung sebagaimana mestinya," kata Tedros.