Ilmuwan Kembangkan Peta Tubuh Manusia Seperti Google Maps
Peta tubuh manusia diharapkan membantu ilmuwan lebih memahami penyakit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi kian memudahkan kehidupan manusia. Kini, para peneliti mengembangkan peta tubuh manusia yang mirip dengan Google Maps.
Proyek Google Maps dari tubuh manusia itu dikembangkan oleh sebuah konsorsium peneliti internasional. Mereka merupakan kolaborasi antara 18 lembaga penelitian di seluruh Amerika Serikat dan Eropa.
Mereka berharap, proyek mereka yang dinamakan dengan Program Altas Biomolekuler Manusia (HuBMAP) dapat membantu para ilmuwan lebih memahami penyakit dan memvisualisasikan dunia sel internal dengan lebih baik.
Tubuh manusia terdiri dari triliunan sel kecil yang mengendalikan segala aktivitas manusia. Namun, terlepas dari pengaruh besar sel-sel itu terhadap kehidupan, bagaimana sel memiliki dampak adalah pertanyaan ilmiah yang sangat rumit. Pertanyaan ilmiah itulah sangat penting untuk mengidentifikasi dan mencegah penyakit.
Karena itulah, para ilmuwan menciptakan peta dari tubuh manusia. Peta yang merupakan kumpulan data sumber terbuka pertama proyek tersebut, berisi lebih dari 300 sampel dari tujuh jenis organ, dengan rincian hingga ke sel-sel individu.
Peta tubuh manusia ini dirilis ke publik dan komunitas ilmiah pada September 2020. Peta ini dapat menjadi awal dari kerangka kerja untuk membantu para ilmuwan menciptakan atlas 3D tubuh manusia yang interaktif.
Sebelumnya di awal tahun 2000an, para ilmuwan menyelesaikan tugas serupa untuk mengeksplorasi tubuh manusia ketika mereka memetakan genom manusia. Proyek genom itu mengajari para ilmuwan susunan DNA dasar manusia, tetapi masih belum menyelesaikan semua pertanyaan tentang bagaimana tubuh bekerja.
Jika gen adalah buku instruksi yang digunakan tubuh untuk bekerja, sel adalah pembawa pesan yang melaksanakan instruksi tersebut. Bagaimana tindakan ini terlihat dan berinteraksi dalam kehidupan nyata adalah pertanyaan yang ingin dijawab oleh proyek baru ini.
Karena itulah, tujuan dari proyek ini adalah untuk menggunakan sampel jaringan yang sehat untuk membangun platform interaktif bagi para ilmuwan dalam rangka mengeksplorasi berbagai bagian tubuh manusia pada tingkat sel, seperti versi anatomi menyerupai Google Maps.
Seperti halnya Google Maps dapat membantu menavigasi kota yang tidak dikenal atau menemukan jalan tersembunyi di suatu lingkungan, HuBMAP dirancang untuk membantu para ilmuwan menjelajahi berbagai fungsi dan hubungan antar sel dalam tubuh manusia.
Dengan hanya menggunakan jaringan "sehat" untuk membuat peta ini (artinya, jaringan bebas dari patologi), HuBMAP dapat digunakan sebagai lembar contekan utama untuk membandingkan sampel jaringan yang sakit. Misalnya, memvisualisasikan hubungan antar sel dalam jaringan payudara yang sehat dapat membantu ilmuwan lebih memahami perubahan yang disebabkan oleh kanker payudara.
Anggota konsorsium penelitian dan profesor tamu di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh, Jonathan Silverstein, menjelaskan bahwa perbandingan dasar yang penting itu kemudian dapat membantu para ilmuwan mengembangkan pengobatan penyakit dengan lebih baik.
"Membandingkan sel normal dengan kondisi penyakit yang berbeda akan sangat informatif untuk mengembangkan strategi untuk mengobati berbagai penyakit," kata Silverstein, dilansir di Freethink, Ahad (20/9).
Data perdana yang dirilis tim bulan ini berisi sampel jaringan dari 33 pendonor anumerta, mulai dari jantung, ginjal, usus besar, usus kecil, kelenjar getah bening, limpa dan timus. Sampel dianalisis dengan mikroskop, spektroskopi massa, dan sekuensing genom dan RNA secara keseluruhan. Secara bersamaan, teknik ini membantu ilmuwan melihat sel super kecil yang menyusun jaringan ini dan bagaimana mereka berinteraksi.
Dengan menggunakan portal online HuBMAP, siapa pun dapat mengganti antara informasi anonim pada donor, sampel jaringan, dan kumpulan data yang diproses lengkap dan visualisasi interaktif.
Meskipun informasi ini mungkin membingungkan masyarakat umum, tim proyek mengatakan bahwa jenis data ini dapat digunakan oleh ahli bedah untuk menjelaskan perkembangan penyakit dan intervensi kepada pasien, oleh ahli biologi komputasi untuk lebih memahami perkembangan penyakit yang berbeda. Selain itu, jenis data ini bahkan dapat digunakan oleh pengembang obat untuk menemukan kegunaan pengobatan baru bagi calon obat.
Sampel jaringan dari lebih dari 30 donor ini bukanlah atlas manusia yang dibuat telah berkembang sepenuhnya. Tetapi, para peneliti mengatakan bahwa rilis data perdana ini hanyalah permulaan.
Selain menambahkan sampel dari lebih banyak organ di masa mendatang, tim juga berharap bisa memperluas keragaman kumpulan donornya serta untuk mencakup sampel dari tubuh manusia yang lebih luas.
Semua sampel sejauh ini berasal dari universitas di Amerika Serikat, dan semua sampel saat ini berasal dari donor kulit putih (26) atau Hitam atau Afrika Amerika. Karena proyek ini terus memperluas layanannya, Silverstein yakin ini akan menjadi sumber daya yang penting untuk waktu yang lama.
"Saya telah melakukan banyak proyek besar dalam karir saya, tetapi tidak diragukan lagi ini yang paling menarik, karena jumlah cara yang akan digunakan ini luar biasa. Ini akan menjadi sumber daya nasional yang besar untuk waktu yang lama," kata Silverstein.