Mengenal Alat Kontrasepsi Non Hormonal
Tak sedikit pasangan suami istri yang malu untuk mencari tahu soal alat kontrasepsi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih banyak pasangan suami istri yang belum mengenal jenis-jenis alat kontrasepsi. Tidak sedikit juga yang malu untuk mencari tahu mengenai masalah ini.
Ada beberapa jenis kontrasepsi yang dapat digunakan untuk merencanakan kehamilan dan mengurangi kemungkinan seseorang tertular atau menyebarkan infeksi menular seksual. Dalam rangka merayakan Hari Kontrasepsi Sedunia, mari kenali beberapa bentuk alat kontrasepsi non hormonal, menurut NHS (National Health Service), Sabtu.
1. Kondom
Kondom adalah satu-satunya jenis kontrasepsi yang mencegah kehamilan dan melindungi dari penyakit menular seksual. Ada dua jenis kondom, yakni eksternal atau yang dikenakan pria dan kondom internal atau Femidom yang ditempatkan di dalam vagina.
Menurut NHS, kondom eksternal, yang terbuat dari lateks tipis, poliisoprena atau poliuretan, 98 persen efektif bila digunakan dengan benar saat berhubungan seks. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah baik kondom eksternal atau internal merupakan alat kontrasepsi sekali pakai. Kondom ini juga tidak boleh digunakan jika melewati tanggal kedaluarsa.
2. Diafragma/tutup serviks
Diafragma atau penutup serviks adalah benda silikon yang ditempatkan di dalam vagina sebelum berhubungan intim, menutupi serviks. Penempatan diafragma atau penutup serviks menciptakan penghalang sehingga sperma tidak dapat mencapai sel telur di dalam rahim.
Diafragma dengan spermisida dipasang tiga jam sebelum berhubungan intim dan harus dibiarkan selama enam jam setelah berhubungan suami-istri. Saat menggunakan diafragma atau penutup serviks, ada risiko kecil terkena sistitis, radang kandung kemih yang biasanya disebabkan oleh infeksi kandung kemih. Namun kejadian ini sangat jarang terjadi.
3. Koil non-hormonal atau spiral
Spiral berbentuk T dan terbuat dari plastik dan tembaga yang diletakkan di dalam rahim. Spiral tersebut melepaskan tembaga ke dalam rahim, yang mempersulit sperma untuk mencapai sel telur dan bertahan hidup sekaligus mencegah sel telur yang telah dibuahi untuk ditanam di dalam rahim.
Spiral 99 persen efektif mencegah kehamilan dan dapat dibiarkan selama lima hingga 10 tahun. Namun pemakaian spiral hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan.