Yang Sering Kita Abaikan Saat Baca Al-Fatihah Kala Sholat
Terdapat adab saat membaca surat Al-Fatihah ketika sholat.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Keabsahan sholat ditentukan oleh pembacaan surat al-Fatihah. Surat yang wajib dibaca setiap rakaat sholat ini mempunyai etika dalam pembacaannya. Selain dituntut penghayatan mendalam ketika membacanya, juga ada etika tersendiri yang harus diindahkan, baik oleh imam maupun makmum.
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا السَّائِبِ، مَوْلَى هِشَامِ بْنِ زُهْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ " . غَيْرُ تَمَامٍ . فَقُلْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ إِنِّي أَحْيَانًا أَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ . فَغَمَزَ ذِرَاعِي وَقَالَ اقْرَأْ بِهَا يَا فَارِسِيُّ فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ " . قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " اقْرَءُوا يَقُولُ الْعَبْدُ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ حَمِدَنِي عَبْدِي . يَقُولُ الْعَبْدُ { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِي . يَقُولُ الْعَبْدُ { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَجَّدَنِي عَبْدِي . يَقُولُ الْعَبْدُ { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } فَهَذِهِ الآيَةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ . يَقُولُ الْعَبْدُ { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ } فَهَؤُلاَءِ لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ "
Hadis Nabi: (Dikatakan kepada Abi Hurairah, “Sesungguhnya kami berada di belakang imam lalu disampaikan bacalah itu (surat al- Fatihah) untuk dirimu karena sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah berkata: “Allah berfirman bahwa Allah membagi dua sholat itu antara diri- Ku dan hamba-Ku.
Untuk hamba-Ku apabila ia membaca: Al-hamdulillahhi Rabb al-'alamin, Allah berkata: "Aku memuji hamba-Ku". Apabila ia membaca: Al-Rahman al-Rahim, Allah berkata: "Pujian dari-Ku untuk hamba-Ku". Apabila ia membaca: Maliki yaum al-din, Allah berkata: "Aku memuliakan hamba-Ku".
Apabila ia membaca: Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah berkata: "Ini antara Aku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta". Apabila ia membaca: Ihdina alshirath al-mustaqim/, Allah berkata: "Ini untuk hamba-Ku terhadap apa pun yang diminta."(HR Muslim: No 904).
Jika membaca surat al-Fatihah dalam sholat, sebaiknya kita berhenti dengan lembut sambil menunggu sapaan dan jawaban Allah SWT dari bacaan ayat demi ayat surat al-Fatihah. Khususnya kepada para imam, sebaiknya memahami hal ini supaya makmun juga ikut merasakan jawaban-jawaban lembut Allah SWT.
Dengan demikian, membaca ayat-ayat surat al-Fatihah secara bersambung dalam sholat terasa tidak etis karena seolah-olah tidak membutuhkan sapaan dan jawaban Tuhan. Di luar sholat bisa saja menyambungkan antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Suasana batin yang seharusnya muncul pada saat kita membaca surat al-Fatihah ialah dialog mesra dengan Allah SWT. Ayat demi ayat yang kita baca ditanggapi secara aktif. Dengan menghayati jawaban-jawaban Allah SWT di sela-sela bacaan ayat surat al-Fatihah dapat menanbah khusyuk sholat kita.
Lebih terasa hadis Nabi yang membayangkan jika kita sedang sholat, sesungguhnya kita membayangkan Allah SWT seolah-olah di hadapan kita atau Dia sedang menyaksikan kita secara dekat.
Etika lainnya ialah sebelum membaca surat al-Fatihah sebaiknya kita membaca taawuz sebagaimana disarankan Allah SWT dalam ayat:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Alquran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS al- Nahl [16]:98). Membaca taawuz dalam sholat tidak mesti harus dikeraskan.
Setelah itu kita membaca ayat pertamanya dengan serasi, yakni: Bismillahirrahmanirrahim. Apakah mau menyembunyikan bacaannya seperti Mazhab Imam Malik atau mau mengeraskan (jahar) seperti bacaan Imam Syafi, tidak terlalu masalah, yang penting ketika kita membaca ayat pertamanya betulbetul hati kita hadir di hadapan Allah SWT. Semakin mampu kita menghayati kedalaman makna surat al-Fatihah kita akan makin merasakan nikmatnya dialog dengan Allah SWT.