Planet Ekstrem Ditemukan Mengorbit di Bintang Biru
Planet memiliki suhu membakar yang dapat mengubah besi dari padat menjadi gas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan sebuah eksoplanet ultra-panas. Planet ini memiliki suhu membakar yang dapat mengubah besi dari padat menjadi gas yang terdeteksi.
Eksoplanet tersebut mengorbit bintang yang berjarak 322 tahun cahaya di konstelasi Libra. Exoplanet adalah planet di luar tata surya kita.
Pengamatan ini dilakukan oleh misi Cheops Badan Antariksa Eropa, atau Characterizing Exoplanet Satellite. Dilansir dari CNN, benda langit tersebut merupakan misi penemuan pertama yang diluncurkan pada Desember 2019.
Meski eksoplanet ini pertama kali terdeteksi pada 2018, Cheops telah memberikan lebih banyak detail tentang isi dunia planet tersebut. Cheops memiliki misi unik dalam menindaklanjuti bintang yang diketahui memiliki eksoplanet dan mencirikan planet di sekitarnya.
Planet, yang disebut WASP-189 b, dianggap sebagai salah satu eksoplanet terpanas dan paling ekstrim yang pernah ditemukan. WASP-189 b adalah apa yang para ilmuwan debut sebagai Jupiter ultra-panas. Planet ini jauh lebih panas karena mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya.
Planet tersebut menyelesaikan orbit di sekitar bintang setiap 2,7 hari Bumi. Planet ini 20 kali lebih dekat ke bintangnya daripada Bumi ke Matahari.
Sementara itu, bintang jauh lebih besar dari Matahari dan memiliki suhu panas lebih dari 2.000 derajat. Hal itulah yang membuat bintang tampak biru, bukan kuning atau putih.
"Hanya segelintir planet yang diketahui ada di sekitar bintang sepanas ini, dan sistem ini sejauh ini paling terang," kata peneliti senior Monika di Universitas Jenewa dan penulis utama studi baru tersebut, dalam sebuah pernyataan.
WASP-189 b juga merupakan Jupiter panas paling terang yang data diamati saat melintas di depar atau belakangnya. Cheops mengamati bintang di dekatnya untuk mencari exoplanet lain di sekitar mereka. Ini dapat mengukur perubahan cahaya saat planet mengorbit bintangnya dengan presisi luar biasa, yang dapat membantu mengungkap detail tentang planet tersebut.
Mencari planet lain
Para peneliti mampu menangkap okultasi dan transit planet, serta bintang menggunakan Cheops. Selama okultasi, planet melewati belakang bintang dan transit terjadi ketika planet lewat di depannya.
Metode tidak langsung untuk mendeteksi planet ini membantu para peneliti mempelajari lebih lanjut tentangnya karena mereka tidak dapat benar-benar mengamati planet itu sendiri. Eksoplanet disebut begitu terang dan peneliti menggunakan momen saat terjadi pgnurunan cahaya untuk mengukur kecerahan planet, membatasi suhu hingga 3.200 derajat celcius.
Planet biasanya memiliki orbit miring ini ketika mereka terbentuk jauh dari bintang dan kemudian didorong lebih dekat ke bintang tersebut. Migrasi ini dapat terjadi jika beberapa planet ada dalam sistem dan saling mendorong dengan pengaruh gravitasi mereka.
Selain itu, bisa juga terjadi karena kekuatan bintang lain. Jadi kemungkinan planet ini mengalami salah satu dari skenario ini.
Planet ini terkunci pasang surut dengan bintangnya, artinya satu sisi selalu menghadap bintang dan sisi lain planet selalu menghadap jauh.
Cheops adalah misi pertama ESA yang didedikasikan untuk mengkarakterisasi exoplanet yang diketahui. Misi tersebut merupakan kolaborasi antara ESA dan Swiss, dan Pusat Operasi Sains misi dioperasikan dari observatorium Universitas Jenewa.
Selama beberapa tahun ke depan, Cheops akan mendeteksi dan mengkarakterisasi exoplanet dan dapat mengidentifikasi target untuk misi masa depan yang dapat mempelajari atmosfer.