BPIP Bekali Penerima Beasiswa LPDP Semangat Bela Negara

Kaum muda terpelajar dididik secara Eropa, tetapi tidak melupakan jati diri bangsanya

BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, membekali ratusan penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyampaikan pentingnya bela negara. (ilustrasi)
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi,  membekali ratusan penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), pekan lalu. Pada pelepasan secara virtual itu, dirinya berpesan kepada penerima beasiswa yang akan berangkat ke berbagai Negara tersebut jangan menyerah untuk bela Negara.

Menurutnya tidak sedikit warga negara Indonesia yang sekolah di luar negeri sejak orde lama hingga orde baru tetapi mereka tetap memegang teguh bela negara seperti beberapa para pendiri Bangsa diantaranya Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Tjipto Mangoen koesoemo, Hatta maupun Soekarno.



“Kaum muda terpelajar dididik secara Eropa, tetapi tidak melupakan jati diri bangsanya seperti Soekarno diskursus isu-isu internasional tidak melupakan akan arti penting kearifan lokal dalam penggalian Pancasila, mulai dari penanaman, rujukan sejarah, hingga kesadaran menggali dari budaya lokal,” ungkapnya, dikutip dari laman resmi BPIP, Rabu (30/9).

Pemecah rekor sebagai dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang menembus Harvard Law School di Amerika Serikat itu menjelaskan jika dilihat dari riwayat tokoh-tokoh pergerakan pemuda yang bisa menyumbang pada perubahan sosial hanyalah mereka yang berkualitas intelek, menguasai ilmu eksakta dan atau sosial. Mereka berjumpa dengan ide-ide besar, berjejaring dengan tokoh-tokoh besar yang punya kepedulian pada isu-isu Bangsa.

“Jika dulu tujuan revolusi adalah kemerdekaan, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, tujuan sekarang adalah mewujudkan Indonesia berpenghasilan menengah tinggi yang sejahtera, adil dan berkesinambungan”, pesannya.

Dalam napak tilas spirit founding parents kelompok intelegensi para pendiri bangsa tidak mewariskan spirit self-determination, tapi prinsip-prinsip spiritualitas, kemanusiaan yang menyeimbangkan kearifan lokal dan internasionalisme bela negara, toleransi dan kebijakan, demokrasi politik dan keadilan sosial. “Spirit dan prinsip ini harus dihidupkan oleh dunia pendidikan masa kini,” tegasnya.

Dirinya juga menjelaskan nasionalisme merupakan ungkapan syukur atas kemerdekaan, salah satu pilar dari tujuan RPJMN itu adalah kelembagaan hukum dan politik yang menatap salah satunya melalui nasionalisme dan bela Negara.

“Tiga pokok dalam nasionalisme yakni, kedaulatan, kesatuan dan kemandirian nasional. Nasionalisme juga sebagai generasi penerus, kita perlu pertahankan dan kembangkan warisan dari para pendiri bangsa,” ucapnya.

Disamping itu negara bukanlah entitas yang ajeg yang tidak akan pernah berubah, negara bisa berubah batas wilayah atau bahkan bubar, ada kondisi-kondisi tertentu yang akan mempengaruhi legitimasi dan kedaulatan Indonesia.

“Negara bukanlah entitas yang ajeg bisa saja berubah batas wilayah atau bahkan bubar kondisi tersebut bisa dipilih ke dalam dua kelompok yaitu tantangan eksternal dan tantangan internal”, ucapnya.

Perlu diketahui demografi peserta penerima beasiswa tersebut yakni sebanyak 198 orang yang terdiri dari Unggulan Dosen, PNS, TNI, POLRI, Reguler, Alumni Bidikmisi, Daerah Afirmasi Pra Sejahtera Berprestasi, Indonesia Timur, Santri, Dokter Spesialis dan Penyandang Disabilitas. Dengan negara tujuan Finlandia, Swiss, Britania Raya, Kanada, Amerika, Jerman, Swedia, Belanda, Jepang, Indonesia, Singapura dan Australia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler