Benarkah Depresi Berhubungan dengan Tingkat Keimanan?

Depresi mampu mempengaruhi pikiran, suasana hati, hingga perilaku.

Antara/Wahdi Septiawan
Benarkah Depresi Berhubungan dengan Tingkat Keimanan?
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Depresi tidak seperti kesedihan yang biasanya. Depresi merupakan suatu penyakit terus-menerus yang memengaruhi pikiran, suasana hati, hingga perilaku. Bukan hanya itu, depresi juga mampu memengaruhi struktur dan fungsi otak. Rasa sedih hanyalah salah satu gejala depresi.

Baca Juga


Tanda-tanda lainnya, seperti kerap merasa lelah dan lesu, sakit terus-menerus, masalah pencernaan, kurang tidur atau terlalu banyak tidur, tidak nafsu makan atau justru terlalu banyak makan, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, selalu merasa gelisah, sulit untuk berkonsentrasi, mengingat dan mengambil keputusan,mudah marah, merasa bersalah, tidak berharga atau tidak berdaya, putus asa, hingga berpikir untuk bunuh diri.

Aisha Stacey keluar dari rumah untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu mengurung diri di rumah karena depresi. Tujuan pertamanya adalah mengunjungi sebuah pengajian di sebuah rumah temannya.

“Depresi adalah pertanda lemahnya iman," ujar penceramah itu. 

Seketika Aisha tersentak, apakah penceramah itu membaca pikirannya. Aisha juga semakin bertanya-tanya, apakah imannya melemah sehingga ia menderita karena semua rasa sakit yang ia alami selama berminggu-minggu itu.

Tetapi ada banyak non-Muslim yang tidak pernah mengalami depresi klinis yang berkepanjangan dalam hidup mereka. Non-Muslim lainnya pulih dari depresi melalui pengobatan dan terapi tanpa masuk Islam. Psikolog Muslim telah mencoba menghilangkan mitos ini selama bertahun-tahun.

Sebuah penelitian lain menyebutkan depresi erat kaitannya dengan penyakit keturunan. Sehingga mereka yang memiliki kerabat dengan depresi klinis, maka akan lima kali lebih berisiko.

Selain itu, psikiater juga seringkali bisa menyembuhkan seseorang dari depresinya hanya dengan mengonsumsi obat antidepresi, tetapi ketika tidak meminumnya maka depresi kembali menyerang. Semua hal-hal ini memberitahukan tingkat keimanan seseorang tidak membuatnya kebal dari depresi.

Di dalam Alquran juga diceritakan bagaimana Nabi Yaqub AS, yang tingkat imannya sudah tinggi, namun bisa buta karena terus menangisi anaknya, Nabi Yusuf AS yang menghilang. Kita tidak ada yang tahu apakah Nabi Yaqub mengalami depresi atau tidak, tapi ciri-cirinya sangat mirip. Sehingga dengan kisah ini memberikan jawaban depresi tidak ada kaitannya dengan tingkat keimanan seseorang.

"Iman yang rendah tidak menyebabkan depresi, tetapi depresi dapat menyebabkan rendahnya iman. Ketika saya berada dalam episode depresi, itu mempengaruhi iman saya dalam dua cara," ujar Aisha dalam artikel yang diunggahnya dan dilansir di About Islam, Sabtu (26/9).

  • Pertama, berkurangnya kuantitas dan kualitas ibadah

Karena depresi, sehingga seseorang merasa tidak memiliki energi menggerakkan diri dari tempat tidur, berwudhu, dan sholat wajib. Jika terus-menerus dalam kondisi tersebut, maka akan semakin menjauh dari Allah.

  • Kedua, rentan terhadap terbujuk rayu setan

Depresi membuat otak bekerja lebih lambat dari biasanya dan lebih sulit mengendalikan pikiran. Pikiran selalu dipenuhi dengan hal-hal negatif hingga membenci diri sendiri. Saat itulah, bisikan setan dapat masuk.

"Itu sebabnya, jika Anda mengalami depresi jangan pernah melewatkan sholat, tidak peduli seberapa berat rasanya, dan sebanyak yang Anda bisa, carilah perlindungan dari setan," kata Aisha.

Selain itu, beriman kepada Allah dapat melindungi diri dari dua gejala depresi yang paling berbahaya, yakni keputusasaan dan rasa ingin bunuh diri. "Depresi bukanlah penyakit, tetapi keputusasaan adalah penyakitnya. Jika Anda beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak peduli seberapa panjang atau keruh terowongan itu, Anda masih akan melihat secercah cahaya penuntun di ujungnya dan itu akan memberi Anda kekuatan untuk bertahan," ujarnya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Dia yang melakukan bunuh diri dengan mencekik akan terus mencekik dirinya sendiri (selamanya) di api neraka," (Al-Bukhari).

Semuanya bermuara pada satu pertanyaan: apakah kamu mencintai Allah? Jika ya, jangan takut. Mungkin depresi Anda sebenarnya mengangkat Anda ke tingkat keimanan yang lebih tinggi. Allah akan menarik Anda keluar dari jurang maut dan membuat Anda berkembang sekali lagi, insya Allah.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler