Trump Sempat Diberi Oksigen Tambahan

Kadar oksigen dalam darah Trump menurun dan ia sempat demam.

EPA-EFE/JOYCE N. BOGHOSIA
Gambar selebaran yang disediakan oleh Gedung Putih menunjukkan Presiden AS Donald Trump bekerja di ruang konferensi saat menerima perawatan setelah dinyatakan positif mengidap penyakit coronavirus (COVID-19) di Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland, AS, 3 Oktober. 2020. Presiden berada di Walter Reed untuk perawatan setelah dinyatakan positif COVID-19 pada 02 Oktober.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tim medis Covid-19 yang merawat Presiden Donald Trump sedang memantau kondisi paru-parunya usai diberikan oksigen tambahan pada Jumat (2/10) waktu AS. Tim medis namun menolak memberikan informasi lebih lanjut.

Presiden berusia 74 tahun itu diterbangkan ke Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed pada Jumat dan telah menerima dua dosis obat antivirus Remdesivir. Ia juga telah diberikan obat steroid deksametason, yang digunakan untuk kasus parah.

Dr Sean P Conley mengakui bahwa kadar oksigen dalam darah Trump menurun dalam beberapa hari sebelumnya dan mengalami demam tinggi pada Jumat pagi. Ia mengungkapkan bahwa kondisi presiden memburuk dari yang dilaporkan sebelumnya. Namun Conley menyebutkan bahwa kondisi Trump pada Ahad membaik.

Trump selama ini seringkali meremehkan risiko pandemi Covid-19, yang telah menginfeksi 7,4 juta warga Amerika. Di Amerika, Covid-19 menelan lebih dari 209.000 korban jiwa dan menyebabkan ekonomi babak belur yang berujung pada hilangnya jutaan pekerjaan.

Dua anggota staf Gedung Putih terbukti positif Covid-19 beberapa pekan lalu dan ajudan pribadi Trump, Nicholas Luna, juga terinfeksi virus corona, menurut sumber yang mengetahui kondisi tersebut.

Ditanya mengenai pemeriksaan apa yang mengungkapkan kondisi paru-paru Trump, Conley menjawab: "Ada sejumlah temuan perkiraan, namun tidak ada masalah klinis yang berarti."

Tanggapan Conley menunjukkan bahwa sinar X mengungkapkan tanda-tanda pneumonia (radang paru-paru), kata Dr. Amesh Adalja, spesialis penyakit menular di Universitas Johns Hopkins. "Temuan yang diprediksikan yaitu Trump terbukti mengalami pneumonia dalam sinar X. Jika itu normal mereka akan dikatakan normal," kata Adalja, dilansir dari Reuters.




Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler