Alasan tidak Ada Dzikir Berjamaah di Arab Saudi
Dzikir berjamaah bukanlah kegiatan bid'ah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ampunan dan pahala yang besar disiapkan Allah bagi orang-orang yang mau berdzikir kepada-Nya sesuai surat Al-Ahzab ayat 35. Surat Al-Jumuah ayat 10 bahkan menyebut hamba Allah yang sering berdzikir merupakan orang yang paling beruntung.
Kendati demikian, masih banyak perdebatan terkait kegiatan dzikir di Indonesia khusus untuk ibadah ini. Beberapa orang mengatakan dzikir berjamaah merupakan bid'ah sehingga tidak boleh dilakukan. Namun, ada pula yang menganjurkan dzikir model ini.
Imam besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mengatakan kalimat dzikir banyak disebut dalam Alquran dan Hadist Nabi Muhammad. Sehingga dzikir kepada Allah merupakan salah satu ibadah yang memang dianjurkan, terlebih jika dilakukan dengan bersama-sama.
"Ada shalat berjamaah, doa berjamaah karena dalam jamaah ada kekuatan. Dalam hadist nabi, albarakatu fil jama'ah atau keberkahan itu terletak pada jamaah, bahasa populernya energi terletak pada sinergi, energi itu barokah dan sinergi itu jamaah," ujarnya dihubungi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dzikir berjamaah bukanlah kegiatan bid'ah sehingga tidak boleh dikerjakan. Ia menyebut bid'ah merupakan sesuatu yang tidak dilakukan nabi untuk urusan ibadah mahdhah, seperti tidak boleh mengada-ngada dengan menambah jumlah rakaat sholat wajib atau mengada-ngada dengan meminta kepada orang mati saat ziarah kubur.
"Kita melihat maqasid (tujuan), karena kalau orang tidak boleh begini-begitu akhirnya dalam beragama kita kering. Kita ambil hikmahnya, dzikir berjamaah jadi momen perjumpaan dengan saudara Muslim lain, juga untuk syiar agama, jadi jangan itu dipermasalahkan," ujarnya.
Memandang dzikir jamaah sebagai ibadah bid'ah karena menyamakan kejadiannya seperti yang dilakukan negara Arab Saudi dikatakannya tidak benar. Hal ini karena kebijakan di Arab Saudi akan disesuaikan dengan rezim yang berkuasa, sementara di rezim sebelumnya pernah melakukan ibadah yang tidak pernah dilakukan nabi.
"Di sana itu kan kota nabi, dia tidak memandang perlu ada kekhususan ibadah seperti ini. Tapi bagi kita di Indonesia yang bahkan jauh dari kota kelahiran nabi memerlukan momen tertentu untuk memperbarui ingatan kita dan sekaligus mengasah kerinduan kita kepada Allah," ujarnya.