Studi: Kena Covid-19, Lansia Pria Lebih Rentan Meninggal
Studi di RSCM tunjukkan mayoritas pasien Covid-19 lansia yang meninggal ialah pria.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas pasien Covid-19 lanjut usia di Indonesia yang meninggal berjenis kelamin laki-laki. Fakta ini terkuak dari studi yang dilakukan sejumlah peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dari bulan April hingga Agustus 2020.
Studi tersebut mengungkap bahwa tingkat kematian pasien Covid-19 berusia di atas 60 tahun di RSCM sebesar 23 persen. Penelitian yang melibatkan 44 pasien lansia ini telah dipublikasikan di Acta Medica Indonesiana, jurnal Q3 reputasi internasional dengan judul "Clinical Profile of Elderly Patients with Covid-19 Hospitalized in Indonesia’s National General Hospital".
Mayoritas pasien berusia 60 sampai 69 tahun (68 persen) dan berjenis kelamin laki-laki (66 persen). Sekitar 50 persen pasien mengalami gejala khas Covid 19, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Sisanya datang dengan gejala tidak khas.
Tingkat kematian pasien usia lanjut dengan Covid 19 dalam penelitian ini (23 persen) lebih tinggi dibandingkan angka nasional (14,9 persen). Sebanyak 90 persen pasien yang meninggal berjenis kelamin laki-laki.
Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan mengapa laki-laki lebih rentan mengalami luaran buruk dalam kasus Covid 19. Salah satunya karena penurunan jumlah sel B dan sel T pada laki-laki usia lanjut lebih besar dibandingkan perempuan.
Dampaknya, respons imun yang dihasilkan pun tidak terlalu adekuat. Selain itu, hormon testosteron, biasa dikenal oleh masyarakat sebagai hormon seks pria, ternyata memengaruhi ekspresi TMPRSS2 yang berperan penting dalam proses masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam sel tubuh.
Pada penelitian ini, proporsi pasien yang meninggal pada kelompok usia 70 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 60-69 tahun.
Seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun tubuh seseorang semakin mengalami disfungsi. Akibatnya, pasien-pasien Covid-19 usia lanjut semakin rentan mengalami “badai sitokin” yang dapat menimbulkan masalah di berbagai organ tubuh dan memicu kejadian gagal napas.
Keberadaan komorbiditas atau penyakit penyerta menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko kematian pasien-pasien Covid 19. Hasil penelitian ini menunjukkan hipertensi dan diabetes melitus sebagai komorbiditas yang umum ditemukan pada pasien.
Beberapa pasien bahkan memiliki komorbiditas lebih dari satu. Meskipun multikomorbiditas bukan termasuk salah satu faktor risiko kematian Covid-19 yang menonjol pada penelitian ini, sebuah studi dari UK Biobank menyatakan multikomorbiditas, terutama multikomorbiditas kardiometabolik, berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan Covid 19.
Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH selaku dekan FKUI menyambut baik studi ini dan menyampaikan apresiasi kepada para peneliti. Menurutnya, populasi usia lanjut merupakan salah satu populasi yang paling berisiko tinggi untuk terkena dampak Covid-19. Gejala-gejala yang dijumpai pada pasien kelompok usia ini seringkali tidak khas sehingga berujung pada keterlambatan diagnosis dan penanganan.
"Tingginya angka kematian pada orang tua harus menjadi pelajaran bagi masyarakat yang mempunyai mobilisasi tinggi dan memiliki anggota keluarga berumur 60 tahun ke atas untuk senantiasa menjaga jarak, serta tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar tidak menjadi sumber penularan virus di rumah,” tutur Prof Ari dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (15/10).
Penelitan tersebut dilakukan oleh sejumlah staf di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine Unit (CEEBM) FKUI-RSCM. Mereka adalah dr Muhammad Khifzhon Azwar, Prof Dr dr Siti Setiati,SpPD-KGer MEpid, dan Dr dr Aulia Rizka SpPD-KGer MPd-Ked. Di samping itu, tim juga diperkuat oleh dr Ika Fitriana SpPD, Siti Rizny Fitriana Saldi Apt MSc, dan dr Eka D.Safitri SpTHT-KL.