Pimpinan Ponpes Darunnajah Berharap Segera Dapat BOP

Ponpes Darunnajah belum menerima informasi apa pun terkait BOP.

Republika/Agung Supriyanto
Pimpinan Ponpes Darunnajah Berharap Segera Dapat BOP. Salah satu sudut Pesantren Darunnajah Jakarta.
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah KH. Sofwan Manaf mengatakan, hingga kini pesantren Darunnajah belum mendapatkan informasi terkait pencairan bantuan operasional pesantren (BOP). Menurut Sofwan, BOP akan sangat membantu pesantren.

Baca Juga


"Pesantren di Indonesia ini jumlahnya ada banyak, 30 ribu, yang pasti masyarakat atau lembaga membutuhkan dukungan pemerintah. Lembaga, pesantren daerah, dengan adanya bantuan akan sangat membantu, seperti swasta kita lembaga swasta harus memikirkan kesejahteraan guru," ucap Sofwan, Senin (19/10).

Dia mengatakan, perwakilan dari ponpes Darunnajah sudah mengunjungi kantor perwakilan Kementerian Agama Jakarta Selatan pada 16 Oktober lalu, namun mereka juga tidak mengetahui kapan bantuan akan dicairkan. Kemenag Jaksel hanya menyampaikan pesantren Darunnajah dapat menunggu sampai adanya pemberitahuan lebih lanjut lewat pesan e-mail, atau lainnya.

Sebelumnya Sofwan juga pernah ikut serta dalam diskusi Webinar dengan Menteri Agama, Fachrul Razi pada saat awal pencanangan BOP. Dia turut mengikuti sosialisasi terkait BOP, namun hingga kini bantuan pesantren untuk ponpes Darunnajah belum diketahui kepastiannya.

"Sampai sekarang nggak ada, kita belum ada info lewat telepon, e-mail, surat," kata dia.

Sebelumnya, Ponpes Darunnajah pernah mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial. Bantuan berupa 2.500 paket sembako untuk para guru dan santri. Dia mengatakan, bantuan langsung diberikan ke semua yang membutuhkan dalam satu hari.

"Kami sudah tanya sampai Kemenag Jaksel, katanya tunggu saja ustadz. Saya takut mereka sudah salurkan, tapi kami nggak tahu. Tapi, sampai tiga hari yang lalu belum," kata dia.

Sofwan mengungkapkan, Darunnajah memiliki 17 kampus, yang 15 di antaranya sudah beroperasi. Dari 13.500 santri, ada 4.200 yang belum masuk pesantren, namun 9.000 lebih sudah ikut belajar.

"Karena santri di dalam guru di dalam, tidak boleh ada kunjungan, bidang-bidang usaha yang biasa datang untuk menunjang pesantren ini akan mengurangi penurunan pendapatan, maka kalo ada operasional kita juga harus mengatur. Maka kalau ada bantuan akan sangat membantu," kata Sofwan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler