Balad, Bukan Sekadar Tempat Berburu Oleh-Oleh di Jeddah
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Pada masa kini, Balad lebih banyak dikenal sebagai lokasi untuk berburu berbagai produk, termasuk oleh-oleh haji. Ya, karena di Balad terdapat pasar dan pusat perbelanjaan yang menjadi tujuan favorit wisatawan dan jamaah haji atau umrah untuk ''membuang'' riyal mereka.
Padahal, Balad bukanlah sekadar pasar dan toko-toko itu. Ini adalah wilayah bersejarah di Jeddah. Bahkan, beberapa kalangan menyebut Balad sebagai jantungnya Jeddah karena merupakan pusat sejarah di kota itu.
Sejarah mencatat, Balad didirikan pada abad ke-7. Kala itu, Balad merupakan pusat Kota Jeddah. Karena lokasinya yang strategis, Balad kemudian berkembang menjadi rute perdagangan yang sibuk antara Yaman dan Eropa. Kala itu, Balad benar-benar merupakan tempat yang sibuk dan gemerlap lantaran hadirnya para saudagar dari berbagai negara. Maka, tak salah jika Balad disebut sebagai jantung Kota Jeddah.
Pada dekade 1970-an dan 1980-an, ketika Jeddah mulai kaya karena minyaknya, sebagian besar penduduk mulai bergerak ke utara menjauh dari Balad. Meski demikian, Balad tak mau tergerus lalu hilang akibat kegiatan ekonomi. Pada 1970, pemerintah mulai berupaya melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah di Jeddah, khususnya Balad.
Bahkan pada 1991, pemerintah mendirikan Jeddah Historical Preservation Society untuk melestarikan bangunan bersejarah dan peninggalan budaya di Balad. Sebelumnya, pada 1990, Jeddah juga sempat mendirikan Departemen Pelestarian Sejarah untuk melindungi bangunan-bangunan kuno di Balad. Rupanya, semua upaya itu tak sia-sia. Pada 2014, Balad tercatat sebagai salah satu situs warisan dunia versi UNESCO.