Xi Jinping: China tak akan Pernah Gentar Hadapi Ancaman
Presiden China menegaskan perang harus dilancarkan untuk mencegah invasi, kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan - Anadolu Agency
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden China pada Jumat mengatakan negaranya tidak akan pernah gentar menghadapi ancaman apa pun dan bangsanya tidak akan berkompromi pada kedaulatan dan keamanan negara.
Menurut laporan Global Times, tanpa menyebut nama negara mana pun, Xi Jinping mengatakan perlu berbicara dengan penjajah dalam bahasa yang mereka ketahui.
"Rakyat China tidak akan pernah duduk diam, sementara kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan China dirongrong, dan jika situasi seperti itu terjadi, mereka pasti akan menghadapinya secara langsung," kata Xi pada peringatan 70 tahun masuknya tentara Relawan Rakyat China (CPV) ke Korea Utara dalam “Perang untuk Melawan Agresi AS dan Membantu Korea.
"Penting untuk berbicara dengan penjajah dalam bahasa yang mereka ketahui, yaitu perang harus dilakukan untuk mencegah invasi, dan kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan," tambah Dia.
Xi menambahkan bahwa negaranya tidak pernah mencari hegemoni atau ekspansi dan tegas menentang hegemonisme dan politik kekuasaan.
Saat ini, hubungan China dengan AS, Australia, dan India mengalami ketegangan. Hubungan dengan AS menurun setelah Presiden Donald Trump menuduh Beijing membiarkan virus korona menyebar dari Wuhan.
Washington juga menjatuhkan sanksi terhadap banyak perusahaan China, termasuk raksasa teknologi Huawei, karena diduga terkait dengan Partai Komunis China.
Pasukan India dan China juga terkurung dalam pertempuran yang meningkat di sepanjang Garis Kontrol Aktual, perbatasan de facto dekat wilayah Himalaya di Ladakh di Jammu dan Kashmir yang disengketakan, di mana 20 tentara India tewas pada Juni.
Sejak saat itu, serangkaian pertemuan telah dilakukan antara kedua negara, namun tetap tidak berhasil. "Bangsa China tidak akan pernah meringkuk sebelum ancaman, atau ditundukkan oleh penindasan," tegas Xi.
"Mengejar unilateralisme, proteksionisme, dan egoisme ekstrem tidak membawa hasil. Pemerasan, blokade dan tekanan ekstrem tidak akan berhasil. Setiap tindakan hegemoni dan penindasan tidak akan pernah berhasil. Hal itu pada akhirnya akan mengarah pada jalan buntu," tambah dia.
Presiden memuji Relawan Rakyat China dan mengatakan bahwa mereka mengalahkan para penyerang dan motif imperialisme serta menjaga keamanan China Baru.
"Kemenangan besar Perang Melawan Agresi AS dan Membantu Korea akan selamanya terukir dalam sejarah bangsa China dan sejarah perdamaian, perkembangan dan kemajuan umat manusia," ungkap Xi.
Dia menambahkan bahwa perang itu juga menjaga kehidupan damai rakyat China, menstabilkan situasi di Semenanjung Korea dan menegakkan perdamaian di Asia dan dunia.
Pada 19 Oktober 1950, atas permintaan Korea Utara, pasukan CPV menyeberangi Sungai Yalu untuk membantu Korea Utara dalam perang. CPV meluncurkan pertempuran pertamanya pada 25 Oktober melawan satu batalion pasukan Syngman Rhee Korea Selatan.
Pada 1951, Komite Sentral Partai Komunis China memutuskan untuk memperingati perang itu setiap tahun.