Denmark Tertarik Kelola Air Limbah Sungai Citarum
Denmark melihat segala tantangan dalam penanganan air limbah di Sungai Citarum.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perwakilan Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia meninjau IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Terpadu MCAB di Cisirung, Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Senin (26/10). Denmark tertarik untuk melihat pengolahan air limbah dari Sungai Citarum itu.
Komandan Sekot 7 Satgas Citarum Harum, Kolonel Kav Purwadi menyebut kedua belah pihak saling bertukar pikiran mengenai pengelolaan air limbah. Mengingat air akan menjadi barang mahal di masa depan.
"Saya sudah jelaskan panjang lebar, atas proses (pengolahan limbah) ini karena di negara mereka, air sangat mahal, sangat berharga sekali," kata Purwadi dalam rilis yang diterima Republika, Senin (26/10).
Purwadi menyebut IPAL dapat membuat air bisa kembali digunakan. Sehingga air limbah bisa digunakan lagi untuk industri di beberapa pabrik sekitarnya. Dia pun menyampaikan, air limbah disalurkan pada MCAB untuk selanjutnya di proses.
"Lalu di MCAB kami olah dengan proses kimia, proses biologi, sehingga kedepannya, ini akan direvitalisasi atau dikembangkan. Sekarang baru 22 pabrik, (yang diolah limbahnya oleh MCAB) ke depan bisa lebih," katanya.
Sementara itu Kepala Perdagangan Kedubes Denmark untuk Indonesia, Jacob Kahl Jepsen mengaku beruntung bisa melihat langsung keadaan di IPAL. Dari tinjauan tersebut dia bisa melihat segala tantangan yang ada dalam penanganan air limbah di Sungai Citarum.
"Pengolahan air limbah ini adalah isu yang besar, rumit untuk dipecahkan dan Denmark sudah melalui ini sejak 1960," kata Jacob.
Dari hasil diskusi tersebut dia mengakui ada ketertarikan agar Denmark membantu solusi penanganan air limbah. Menurutnya, air limbah Sungai Citarum memiliki tantangan tersendiri.
"Kami lihat juga konsepnya, kami lihat air ini, bisa digunakan untuk rumah tangga, lingkungan pemerintah dan industri. Ini juga bisa menaikkan ekonomi suatu negara karena kita bisa memiliki sistem sendiri, dalam mengolah air," kata Jacob.
Jacob mengaku, sudah berdiskusi dengan partner dan belajar dari sini. Kemudian pihaknya kembali ke negearanya dan melihat apa yang bisa menarik perhatian untuk bisa mengembangkan sistem air di sini.
"Kita punya banyak opsi solusi, bagaimana mengolah air, menyalurkan limbah aman, dan lainnya. kita bisa melakukan kerja sama jangka panjang, dan kami sangat tertarik dengan itu," katanya.