Makin Banyak Wanita Saudi Minati Spesialisasi Keamanan Siber
Dunia kekurangan spesialis keamanan siber wanita.
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Wanita Arab Saudi saat ini banyak yang menunjukkan ketertarikan dan minat di spesialisasi keamanan siber. Posisi ini menjadi salah satu sektor yang paling banyak diminati di Kerajaan.
Insinyur keamanan cloud di Farmers Insurance Co., Dalal Al-Harthi, membuat kamp pelatihan keamanan siber yang diikuti wanita selama tiga bulan. Pelatihan berlangsung dari pertengahan Juni hingga pertengahan September.
Informasi pelatihan diunggah dalam akun Twitter-nya, 19 April lalu. Ia mengajak wanita yang tertarik mempelajari keamanan siber mendaftarkan diri. Lebih dari 3.000 orang mendaftar sebelum batas waktu yang ditentukan.
"Saya sangat senang dan terdorong melihat antusiasme pembelajaran ini. Banyak wanita tertarik menjadi bagian dari bootcamp sehingga saya memutuskan menerima pendaftar sebanyak yang saya bisa,” kata Al-Harthi dilansir di Arab News, Selasa (27/10).
Al-Harthi merupakan kandidat doktor di AS, meski pelatihannya kebanyakan di Arab Saudi. Dia mengajar tentang semua bidang dan area keamanan siber, termasuk Perintah Linux, Pemrograman Python, Cloud Security, Keamanan Jaringan, Respons Insiden, Forensik Digital, SIEMs, Peretasan Etis - Penetration Testing, Kriptografi, dan CompTIA Security+.
Selama pelatihan, ia merancang pembelajaran dengan metode 20:80, yakni 20 persen pengetahuan teoretis dan 80 persen praktik langsung di beberapa alat dan platform keamanan siber. Selain meningkatkan pengetahuan dan pengalaman keamanan siber, dia juga fokus membuat peserta siap bekerja.
Salah satunya dengan memperkaya resume dan menyempurnakan keterampilan wawancara mereka. Al-Harthi mengatakan kurangnya spesialis keamanan siber wanita tidak terbatas di Kerajaan saja. Persoalan ini adalah masalah global dan masalah gender.
"Pada akhir 2019, wanita mewakili 20 persen dari angkatan kerja keamanan siber secara global," kata dia.
Dia merasa sangat bersemangat memberdayakan wanita Saudi dan mendorong lebih banyak wanita berkecimpung dalam dunia keamanan siber. Ia bermimpi meningkatkan representasi wanita hingga 50 persen.
“Pelatihan ini adalah salah satu langkah yang saya ambil untuk mencapainya. Saya memiliki keyakinan mutlak, peserta pelatihan di kamp saya akan membantu berbagi pengetahuan yang mereka peroleh untuk mendukung wanita lain di lapangan," katanya.
Pelatihan ini diadakan secara virtual melalui platform Classera. Para spesialis membuatnya secara gratis untuk mendukung dan memberdayakan wanita yang tertarik mempelajari dan bekerja di bidang keamanan siber.
Profesor keamanan siber di Universitas King Saud sekaligus pendiri dan CEO Yayasan Global untuk Studi dan Penelitian Siber di Washington D.C., Muhammad Khurram Khan, mengatakan wanita Saudi menunjukkan tingkat kesuksesan yang tinggi di beberapa bidang dan profesi.
Mereka dapat mengungguli rekan-rekan pria karena hasrat dan antusiasme untuk belajar serta penelitian lebih tinggi. "Baru-baru ini, kami mengamati lonjakan besar wanita Saudi dalam teknologi informasi dan komunikasi, terutama minat khusus di bidang keamanan siber. Minat ini mendapatkan momentum karena inisiatif Otoritas Keamanan Siber Nasional yang diluncurkan baru-baru mendukung dan mendorong wanita berpartisipasi dalam profesi keamanan siber," ujarnya.
Dia mengatakan mahasiswi Arab Saudi di universitas lokal ikut serta dalam penelitian keamanan siber, proyek, sertifikasi profesional, hingga mengamankan posisi teratas dalam kompetisi peretasan "Capture the Flag". Mereka juga telah menerbitkan sejumlah publikasi penelitian di jurnal dan konferensi internasional terkemuka. Hal ini jelas membawa dampak besar yang patut dipuji.
Khan menyebut semua fakta ini menunjukkan potensi besar atas profesionalisme dan bakat wanita Saudi di bidang keamanan siber. Pada akhirnya, mereka akan berkontribusi untuk melindungi aset dunia maya Kerajaan dari musuh.
Profesor tersebut menambahkan, universitas dan institusi perlu meluncurkan program untuk menarik siswa perempuan dan profesional ke bidang keamanan siber. Hal ini untuk mengatasi kurangnya keterwakilan dan pemanfaatan mereka di industri.
"Kekurangan global atas tenaga kerja keamanan siber yang terampil adalah tantangan yang terus meningkat. Kita semua harus memainkan peran untuk mengatasinya sebagai tanggung jawab bersama," ujarnya.
Untuk memperkuat keterampilan keamanan siber para pelajar dan profesional wanita Saudi, organisasi sektor publik dan swasta disebut harus maju untuk menyiapkan kursus pelatihan langsung keamanan siber. Tak hanya itu, berbagai pihak diminta meluncurkan inkubator dan akselerator keamanan siber, serta memulai program bimbingan dan konseling.
https://www.arabnews.com/node/1754616/saudi-arabia