Riwayat Perselisihan Trump dengan Mantan Menhan Mark Esper
Trump dan Esper memang sudah lama berselisih dalam sejumlah isu
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat Menteri Pertahanan Mark Esper melalui Twitter saat Esper sedang mempersiapkan surat pengunduran dirinya. Trump dan Esper memang sudah lama berselisih dalam sejumlah isu. Konflik terutama ancaman Trump menggunakan tentara untuk membubarkan massa unjuk rasa ketidakadilan rasial yang dipicu kematian George Floyd.
Esper naik menjadi menteri pertahanan pada Juli 2019 lalu. Ia menjadi pelaksana tugas yang Trump pilih untuk menggantikan Jim Mattis. Mattis yang menjabat sebagai menteri pertahanan Trump yang pertama mengundurkan diri karena tidak sepakat dengan kebijakan menarik pasukan dari Suriah.
Esper menghabiskan masa jabatannya sebagai pengamat jarak jauh kebijakan keamanan nasional Trump yang paling disruptif. Ia mendapat reputasi sebagai orang yang hanya mengikuti perintah.
Namun dalam satu tahun terakhir menteri pertahanan itu mulai mendorong presiden hingga membuat Trump marah. Trump semakin frustrasi setelah Esper menentangnya secara terbuka.
Menteri pertahanan itu berseberangan dengan atasannya mengenai pengerahan pasukan aktif untuk menindak pengunjuk rasa pada Juni lalu. Politico melaporkan dua orang staf pemerintah Trump dan dua sumber lainnya mengatakan pesan dan nada Esper menggesek Gedung Putih dengan cara yang salah.
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump mengejek Esper di hadapan umum. Tindakan itu seperti yang ia lakukan sebelum Mattis mengundurkan diri. Tanpa ragu-ragu Trump menghina pemimpin Pentagon itu di hadapan media.
Dalam konferensi pers Agustus lalu ia ditanya mengenai kepemimpinan Esper. Trump menyebut Esper sebagai 'Mark Yesper'. Saat itu Trump mengatakan Esper tidak akan lama menduduki jabatan menteri pertahanan.
"Mark Yesper? Apakah Anda memanggilnya Yesper? Saya mempertimbangkan memecat semua orang, di satu titik itu yang terjadi," kata Trump.
Dalam beberapa bulan terakhir Trump memotong wewenang kepala Pentagon itu dari sejumlah isu. Seperti mengabaikan sekutu terkuat AS yakni NATO dengan menarik pasukan dari Jerman.
Beberapa hari kemudian ia kembali memotong wewenang Pentagon dengan menentang rencana menghapus nama tokoh Konfederasi dari pangkalan militer AS. Hal ini ia ungkapkan dua hari setelah Esper menyatakan mempertimbangkan untuk melakukannya.
Pada Agustus Trump mencicit ia 'dengan tegas dan sepenuhnya menolak' proposal yang sedang dikerjakan Pentagon dalam memotong layanan kesehatan militer sebesar 2,2 miliar dolar AS, yang sedang ditinjau Esper. Politico melaporkan pejabat Kementerian Pertahanan AS sudah siap mempresentasikan proposal itu ke hadapan Esper.
Esper juga berselisih dengan Trump dalam promosi jabatan Letnan Kolonel Alexander Vindman. Vindman merupakan saksi sidang pemakzulan Trump yang mengungkapkan sambungan telepon antara Trump dengan presiden Ukraina pada 25 Juli 2019.
Juni lalu Esper setuju Vindman dipromosikan, walaupun ia tahu hal itu akan memicu perselisihan dengan Gedung Putih. Esper juga melarang bendera Konfederasi dikibarkan di fasilitas militer walaupun Trump membelanya dengan alasan kebebasan berekspresi.
Beberapa bulan menjelang pemilihan umum, Esper menjadi sangat sulit ditemui. Ia menghindari presiden dan berusaha agar militer tidak masuk berita saat Amerika sedang sangat terpolarisasi di musim pemilu.
Ia melakukan kunjungan luar negeri dengan sangat intensif dan menghindari media. Dalam dua bulan ia mengunjungi Afrika Utara, Mediterania, Timur Tengah, dan India serta sejumlah tempat di AS.
Sebelum dipecat, Esper sempat berbicara dengan Military Times mengenai warisannya di Departemen Pertahanan. Ia juga membela kebijakan-kebijakannya selama menjabat sebagai menteri.
Ia mengaku berhasil menemukan solusi dalam masalah bendera Konfederasi. Esper juga mengeklaim dapat menentukan kebijakannya sendiri untuk menunjukkan ia bukan orang yang hanya mengikuti perintah Trump.
"Pernah Anda melihat saya di atas panggung mengatakan 'di bawah kepemimpinan yang luar biasa blah-blah-blah, kami telah blah-blah-blah'," katanya.
Akan tetapi Maret lalu saat bersama Trump di kapal rumah sakit Angkatan Laut AS USNS Comfort, Esper berterima kasih pada Trump. Ia memuji Trump 'atas kepemimpinannya yang berani dan mendukung angkatan bersenjata AS'.
Lulusan akademi militer West Point, mantan perwira Angkatan Darat, pelobi perusahaan senjata Raytheon, dan lalu Menteri Pertahanan, Esper mengawasi proses peralihan persaingan strategis dengan China dan Rusia. Ia juga menginisiasi peninjauan dan efisiensi di anggaran pertahanan.
Namun di tahun kedua masa kepemimpinannya ia menghadapi pandemi virus corona. Esper juga mengahadapi krisis yang menekan peran militer dalam penegakan hukum sipil dan mendorong keanekaragam di struktur militer.
Esper digantikan Direktur Pusat Kontra-teroris Nasional AS (NCTC) Christopher Miller. Satu orang pejabat dan satu orang mantan pejabat Departemen Pertahanan mengatakan Miller yang juga bekerja di bidang kontra-terorisme untuk Departemen Pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional adalah orang kepercayaan Trump.
Namun dia baru bekerja untuk NCTC pada Agustus lalu. Sebelumnya ia adalah asisten wakil menteri pertahanan bidang operasi khusus dan perlawanan terorisme.
Miller adalah seorang veteran angkatan darat AS dari 1983 hingga 2014. Ia pernah bertugas di pasukan Cadangan Angkatan Darat, polisi militer di Garda Nasional District of Columbia, dan menerima komisi dari Angkatan Darat tahun 1987.
Ia bergabung dengan Pasukan Khusus dalam operasi pertempuran di Afghanistan pada 2001 dan Irak pada 2003. Dalam dua operasi itu ia menjadi bagian dari pasukan khusus 5th Special Forces Group (Airborne).