Pertama Kali, Teleskop Radio Temukan Katai Coklat
Kebanyakan dari Katai diidentifikasi teleskop inframerah karena memancarkan panas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Baru-baru ini sebuah teleskop radio menemukan Katai coklat untuk pertama kalinya. Penemuan itu, menjadi objek yang menarik, mengingat Katai umumnya didefinisikan sebagai benda yang cukup masif untuk memicu reaksi fusi deuterium atau litium.
Namun demikian, mengutip Universe today, Rabu (11/11) Katai coklat sulit diidentifikasi hanya dengan melihatnya. Terlebih, ketika Katai terkecil, katai Y, memiliki ukuran sedikit lebih besar dari Jupiter.
Suhu di sana cukup hangat, meski tidak memiliki cahaya. Dalam satu kasus, para astronom mendeteksi keberadaan awan pada katai coklat dingin, yang berarti mereka akan terlihat sangat mirip dengan Jupiter.
Katai coklat paling masif (L Dwarf) lebih kecil dari Jupiter. Katai ini mereka memiliki massa yang lebih banyak, gravitasinya menekan lapisan gas terluarnya lebih erat sehingga diameternya hanya sekitar 80 persen dari Jupiter. Jika jenis itu memiliki suhu permukaan sekitar 2800 Kelvin.
Suhu itu cukup panas untuk memancarkan cahaya merah hangat. Sehingga, mereka akan terlihat seperti bintang katai merah kecil.
Kebanyakan dari Katai tersebut memang diidentifikasi oleh teleskop inframerah karena dapat memancarkan banyak panas. Meskipun, tidak bekerja dengan baik untuk katai yang lebih dingin.
Namun baru-baru ini, sebuah tim menemukan katai coklat menggunakan teleskop radio, yang membuka akses ke cara baru untuk menemukan mereka.
Terkait hal itu, planet besar seperti Jupiter memancarkan cahaya radio dalam jumlah yang sangat besar. Ini karena mereka memiliki dinamo magnet yang kuat. Medan magnetnya dapat menjebak partikel bermuatan, yang menyebabkannya berputar ke arah kutub.
Partikel-partikel ini menghantam atmosfer kecil di dekat kutub, menciptakan aurora yang mirip dengan yang kita lihat di Bumi. Karena partikel bermuatan dipercepat di sepanjang medan magnet, dan katai itu memancarkan cahaya radio.
Dalam studi baru ini, tim peneliti menggunakan teleskop radio frekuensi rendah yang dikenal sebagai LOFAR untuk menangkap sinyal radio dari katai coklat yang belum ditemukan sebelumnya. Ini adalah katai coklat pertama yang ditemukan murni melalui radio.