Muhammadiyah: Nilai Toleransi Itu Harus Terus Dihidupkan
Islam itu mengajarkan toleransi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendorong umat Islam di Indonesia untuk terus menghidupkan nilai-nilai toleransi di tengah keragaman agama, budaya dan pandangan politik sehingga kehidupan berbangsa menjadi semakin damai.
"Islam itu mengajarkan toleransi. Nilai-nilai toleransi itu harus terus kita hidupkan sebagai cara kita untuk memelihara, merawat, dan melangsungkan kehidupan bersama," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dalam konferensi pers secara virtual dalam rangka memperingati Milad 108 tahun PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (16/11).
Haedar mengatakan bahwa dalam konteks agama, umat Islam hadir di tengah-tengah masyarakat yang tidak hanya terdiri dari kelompok agama tertentu saja, tetapi di antara masyarakat yang beragam agama, paham, golongan, pilihan politik dan segala macam keanekaragaman di dalamnya.
Sementara itu, hidup dalam keanekaragaman memerlukan khasanah dan etika kehidupan yang luhur, karena keragaman menuntut setiap pihak untuk saling toleran.
Ketika ada sekelompok orang yang ingin mewujudkan paham agama tertentu, maka ia mengingatkan bahwa di sekitar orang itu ada kelompok lain yang berbeda paham.
Ketika ada sekelompok orang yang yakin bahwa praktik keagamaannya paling benar, maka Haedar mengingatkan bahwa ada kelompok lain yang berbeda berpandangan yang tidak bisa dipaksakan untuk menjadi sama.
"Bahkan ada yang dalam konteks kehidupan itu, perspektifnya mungkin berbeda, tidak berdasarkan pada praktik dan orientasi keagamaan," katanya menjelaskan.
Untuk itu, PP Muhammadiyah mengajak seluruh umat Islam dan seluruh masyarakat untuk terus menerapkan nilai-nilai toleransi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna mewujudkan kerukunan dan kedamaian.
Nilai-nilai toleransi itu harus terus dihidupkan, dipelihara dan dijaga, karena sekali saja kehidupan bersama itu dipaksakan oleh sekelompok orang, baik dalam hal beragama ataupun relasi sosial, maka kerukunan di tengah masyarakat akan semakin terkikis.
"Kalau eksklusif dan hanya ingin mementingkan kelompok dan golongan sendiri, nanti yang terjadi pertikaian atas nama agama. Dan sekali konflik atas nama agama itu muncul, itu memudarnya susah," kata Haedar.
Oleh karena itu, selain mendorong umat untuk memperkuat penerapan nilai-nilai toleransi, Haedar juga berharap para tokoh agama bisa menghadirkan nilai-nilai dan perilaku yang rahmatan lil alamin, yaitu perilaku yang penuh rahmat, sehingga kehidupan berbangsa dapat semakin damai dan tenteram.