Vaksin Merah Putih Paling Cepat Diproduksi Akhir 2021
Butuh waktu untuk memproduksi Vaksin Merah Putih yang manjur dan aman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Merah Putih yang dikembangkan di dalam negeri paling cepat bisa diproduksi di akhir 2021. Vaksin Merah Putih butuh proses panjang agar bisa digunakan secara aman dan efektif.
"Kami berharap Vaksin Merah Putih sudah bisa mulai produksi di akhir 2021," ujar Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ali Ghufron Mukti saat berbicara di konferensi virtual FMB9 bertema Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia, Rabu (18/11).
Ia mengakui proses vaksin ini butuh tahap panjang. Ghufron menyebutkan vaksin ini diharapkan selesai pada akhir 2020 atau awal 2021, kemudian perlu diuji ke hewan, lolos uji pra klinis, berlanjut ke uji klinis tahap 1, uji klinis tahap 2, hingga uji klinis tahap 3. Kemudian, ia menyebutkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menentukan apakah bisa scaling production atau produksi yang terbatas jumlahnya kemudian baru bisa diproduksi massal.
"Tahapan-tahapan itu harus dilalui. Kami memperhatikan keamanan dan keefektifannya," katanya.
Di kesempatan yang sama Deputi Fundamental Research Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Herawati Sudoyo-Supolo, menambahkan Eijkman sebagai salah satu pengembang vaksin selalu memberikan laporan mengenai kemajuan di laboratorium. "Kemungkinan kami baru memberikan vaksin di awal 2021," katanya.
Ia menambahkan, vaksin Merah Putih adalah vaksin jangka panjang. Semua pihak diminta menunggu.
Herawati mengaku tidak ingin memberikan vaksin yang tidak manjur dan tidak aman. Meskipun ada upaya percepatan, Herawati berharap target produksi vaksin ini bisa diwujudkan 2021.
Dia menjelaskan Vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan platform protein rekombinan dari bagian atau sub unit virus SARS CoV 2. Tim melakukan genom sequencing atau penguraian gen dari virus kemudian mengambil gen dari protein "spike" yang ada pada virus untuk diproduksi menjadi lebih banyak lagi dan digunakan sebagai bibit vaksin.
Herawati mengatakan timnya menggunakan platform protein rekombinan untuk pembuatan vaksin dikarenakan sudah terbiasa menggunakannya sehingga proses pengerjaan jadi lebih cepat.
"Pengembangan vaksin memiliki proses yang sangat kompleks, harus melalui fase preklinik di laboratorium, setelahnya baru bibit vaksin diberikan pada industri, merupakan suatu hal yang sebenarnya panjang. Tapi karena percepatan kita bisa overlaping. Apa yang kita sudah lakukan bersama itu dilakukan secepat-cepatnya tapi aman dan manjur," kata Herawati.
Terpisah, Kepala BPOM Penny Lukito menyatakan rencana vaksin Covid-19 yang ditargetkan Desember tertunda. Hal ini lantaran emergency use of authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat yang tidak mungkin diberikan akhir tahun ini.
"Kami sudah sampaikan pada pemerintah, bapak presiden, dan bapak menteri kesehatan bahwa data tidak bisa didapatkan untuk minggu ketiga Desember 2020, sehingga tidak bisa diberikan EUA pada Desember minggu kedua atau ketiga 2020," ujar Penny dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Selasa (17/11).