Menlu: Akses Vaksin Covid-19 untuk Semua Negara
Akses vaksin penting bukan hanya buat kemanusiaan, tapi juga pemulihan ekonomi global
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengungkapkan bahwa solidaritas antarnegara di dunia, terutama terkait akses terhadap vaksin Covid-19 penting bukan hanya untuk kepentingan kemanusiaan, tapi juga ekonomi global. Hal itu disampaikan Menlu Retno saat pembukaan acara Global Town Hall 2020 yang diselenggarakan Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dari Jakarta, Jumat.
Menlu Retno mengatakan bahwa pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akhir pekan ini Presiden Joko Widodo akan menegaskan sikap Indonesia yang menyerukan solidaritas, terutama untuk negara-negara berkembang ke negara-negara maju yang memiliki lebih banyak sumber daya untuk menghadapi kebutuhan darurat.
“Saya juga teringat akan pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September 2020. Terkait vaksin, Dr Tedros mengatakan ‘prioritas utama adalah untuk memberikan vaksin bagi beberapa orang di semua negara, bukan semua orang di beberapa negara’, ini bukan hanya kepentingan moral dan kesehatan masyarakat. Ini juga kepentingan ekonomi,” ujarnya.
Menlu menjelaskan bahwa apabila masyarakat di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat vaksin, maka virus akan terus membunuh dan pemulihan ekonomi global pun akan terhambat. “Oleh karena itu, akses yang setara, aman, dan terjangkau sangatlah penting,” tegas Menlu RI.
Selain itu, dia juga menyoroti pentingnya kerangka kerja sama vaksin multilateral, seperti Gavi COVAX Advanced Market Commitment (AMC) yang membutuhkan dana sebesar 5 miliar dolar AS untuk pengadaan vaksin bagi negara-negara berkembang. Kemudian kebutuhan dana Accelerated ACT(Access to Covid-19 Tools)sebesar 35 miliar dolar AS.
"Kita semua hidup di planet yang sama, kita menghirup udara yang sama, kita saling terhubung dengan satu sama lain dan kita tidak dapat memutus hubungan tersebut. Namun, menjadi terhubung saja tidak cukup. Kita harus menjadikan itu kekuatan dan mesin penggerak, dan ini membutuhkan kolaborasi global," ujar Menlu Retno.