Vaksinolog: Infrastruktur Distribusi Vaksin Sudah Lengkap
Indonesia sangat siap mendistribusikan vaksin Covid-19 hingga ke pelosok.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia disebut telah memiliki infrastruktur cukup lengkap untuk distribusi vaksin Covid-19. Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe mengungkapkan, Indonesia memiliki pengalaman puluhan tahun untuk memproduksi, mendistribusikan, hingga mengimplementasikan vaksin ke dalam tubuh masyarakat luas.
Dirga menjelaskan, vaksin sendiri adalah produk biologis yang rentan mengalami kerusakan. Produk vaksin juga diketahui sangat sensitif terhadap suhu penyimpanannya.
"Mayoritas vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius, kecuali vaksin polio yang minus 20 derajat Celcius. Sejak vaksin diproduksi sampai digunakan di rumah sakit, puskesmas, dan transportasinya mesti terjamin suhunya. Dan jangan kahwatir, kita sudah berpengalaman. Kita sudah siap," ujar Dirga dalam dialog virtual yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat (20/11).
Sistem cold chain atau rantai dingin dalam proses distribusi produk biologis seperti vaksin sebenarnya sudah berjalan lama di Indonesia. Dirga memastikan, Indonesia secara prinsip sangat siap mendistribusikan vaksin Covid-19 hingga ke pelosok negeri agar bisa digunakan seluruh masyarakat.
"97 persen sistem cold chain ini berjalan dengan baik jadi nggak perlu khawatir. Jadi mulai dari pabrik sampai yang menerima di puskesmas, misalnya di Aceh, di Papua itu semua sudah siap," kata Dirga.
Selain infrastruktur yang sudah siap, sumber daya manusia (SDM) termasuk petugas distributor dan vaksinator pun sudah dimiliki Indonesia. Dirga menyebutkan, Indonesia memiliki sejumlah pabrik farmasi besar yang memang selama ini memproduksi vaksin seperti PT Bio Farma. Produsen vaksin dan pemerintah ini, ujarnya, sudah memiliki petugas andal yang memahami bagaimana cara mengantar vaksin dengan aman hingga ke fasilitas kesehatan.
"Ada petugas di pabrik, nanti ada driver sampai disuntikkan ke tenaga kesehatan itu semua dijamin dan sudah ada sistem yang berjalan bertahun-tahun di Indonesia," kata Dirga.
Proses distribusi vaksin pun, lanjut Dirga, sudah canggih. Alat penyimpanan vaksin sudah dilengkapi sensor suhu yang akurat dan mesin pendingin untuk menjaga suhu ruang tetap sesuai. Menurut Dirga, vaksin tetap aman didistribusikan menggunakan moda transportasi apapun, baik darat, laut, dan udara.
Dalam setiap produk vaksin pun, ujar Dirga, terpasang label VVM (vaccine vial monitor) yang berfungsi mendeteksi adanya kerusakan vaksin akibat suhu yang tidak sesuai. Saat kepanasan misalnya, label VVM ini akan berubah warna dan menunjukkan bahwa vaksin tersebut tak dapat disuntikkan kepada manusia. Hal ini pun, kata Dirga, sudah jamak dipahami oleh seluruh tenaga medis atau vaksinator.
"Semua penyimpanan dan alat pembawa sudah dibuat lapisan khusus sehingga suhu tetap terjaga. Dan vaksin yang kita gunakan selama ini ada yang namanya VVM di kemasan itu ada semacam label yang kalau dia berubah, oh ini tanda suhunya di luar yang seharusnya jadi ga bisa digunakan. Segitunya kita jaga kualitas vaksin sehingga yang dipakai aman dan efektif," kata Dirga.
Selain SDM distribusi yang mencukupi, ujar Dirga, Indonesia juga memiliki jumlah tenaga medis yang memadai untuk melakukan vaksinasi kepada masyarakat. Saat ini tercatat ada sekitar 440.000 lebih tenaga medis yang tergabung dari dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan bidan yang memiliki kemampuan melakukan vaksinasi.
"Semuanya pasti nanti gotong royong jalankan imunisasi ini. Kedua, dari data, menunjukkan ada 23.000 vaksinator alias orang yang sudah terlatih aktif memberikan imunisasi," kata Dirga.
Dengan seluruh penjelasa di atas, Dirga memastikan bahwa Indonesia telah memiliki kemampuan dan kapasitas yang lebih dari cukup untuk melakukan distribusi vaksin hingga vaksinasi.
Dari sisi produksi, menurutnya, Indonesia memiliki pabrikan farmasi andal yang telah berpengalaman memproduksi vaksin. Dari sisi distribusi, Indonesia telah memiliki sistem cold chain produk biologis terstruktur di seluruh negeri. Dari sisi SDM, Indonesia juga memiliki tenaga medis yang cukup dan siap untuk menjalankan vaksinasi.