IMF: Stimulus Moneter Tambahan Ancam Stabilitas Keuangan

Kebijakan moneter tak dapat melakukan tugasnya sendiri untuk melawan krisis.

Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan pada Selasa (24/11) bahwa stimulus moneter tambahan dapat menimbulkan risiko penting bagi stabilitas keuangan. Karenanya ia mendesak adanya kebijakan fiskal untuk memainkan peran penting dalam pemulihan pascapandemi.

Baca Juga


"Sekarang, banyak bank sentral kembali ke lab, meninjau kerangka kerja mereka untuk mengidentifikasi strategi dan alat inovatif yang akan mendukung pemulihan dari krisis ini dan seterusnya," kata Georgieva pada sebuah acara yang membahas konsekuensi dari suku bunga "lebih rendah untuk lebih lama" di seluruh dunia.

"Sementara kerangka dan perangkat baru dapat mempercepat pemulihan, stimulus moneter tambahan dapat menimbulkan risiko penting bagi stabilitas keuangan," kata Georgieva, menambahkan kondisi keuangan yang lebih longgar dapat mendorong pengambilan risiko yang berlebihan.

"Pembuat kebijakan moneter perlu menyeimbangkan dorongan jangka pendek untuk inflasi dan output terhadap peningkatan kerentanan keuangan makro," katanya.

Georgieva mencatat bahwa kebijakan moneter tidak boleh dan tidak dapat melakukan tugasnya sendiri untuk melawan krisis dan mendukung pemulihan.

"Kebijakan fiskal memiliki peran penting untuk dimainkan - pembuat kebijakan telah meningkatkan dukungan fiskal selama krisis, dan perlu terus melakukannya untuk mendukung pemulihan yang berkelanjutan dan inklusif," katanya.

"IMF sangat mendukung upaya ini. Menemukan alat kebijakan dan pendekatan yang tepat untuk merangsang ekonomi kita, sambil mengelola risiko, merupakan upaya yang kritis," kata Ketua IMF itu.

Dalam sebuah makalah yang dirilis Selasa (24/11/2020), Tobias Adrian, penasihat keuangan dan direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF, berpendapat bahwa "sudah waktunya untuk memposisikan penumpukan endogen kerentanan keuangan makro di jantung pembuatan kebijakan moneter dan mengusulkan model sangat hemat untuk efek itu."

"Ada pengakuan yang berkembang, bahwa alat makroprudensial tidak mengatasi semua risiko terhadap stabilitas keuangan," tulis Adrian, mencatat semua bank sentral harus memantau dengan cermat jalur risiko endogen di samping jalur kebijakan yang lebih tradisional untuk output dan inflasi.

 

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler