Iran: Persatuan adalah Kunci Hadapi Persoalan Umat Islam
Iran mengajak dunia Islam bersatu mengatasi masalah yang mendera
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Direktur Jenderal Perdamaian dan Keamanan Internasional Kementerian Luar Negeri Iran, Reza Najafi membuat pernyataan pada sesi ke-47 Dewan Menteri Luar Negeri Organsisasi Kerjasama Islam (OKI) di Ibu Kota Niger, Niamey, pada Sabtu (30/11) lalu.
Najafi merujuk pada pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat. Ilmuan itu adalah seorang profesor fisika di Universitas Imam Hussein di Teheran dan mengepalai Organisasi Riset dan Inovasi Pertahanan (SPND) Kementerian Pertahanan
"Kemarin, seorang ilmuwan Iran dibunuh eroris tentara bayaran Israel. Ini mungkin terkait dengan pengkhianatan. Kami mengutuk keras aksi teroris pengecut ini dan mengingatkan era tabrak lari sudah berakhir," ujarnya dilansir dari laman Ahlulbayt News Agency (Abna), Senin (30/11).
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dalam sebuah pesan pada Sabtu bahwa tangan jahat dari arogansi global dengan rezim Zionis perampas, dan tentara bayaran telah ternoda dengan darah dari ilmuwan terkemuka.
Satu-satunya cara 'dialog' regional untuk menyelesaikan perpecahan pejabat Iran itu juga menekankan bahwa mengandalkan orang asing tidak akan membawa keamanan bagi negara-negara di kawasan dan justru akan menyebabkan keputusasaan bagi mereka.
"Kami mengajak semua orang untuk terlibat dalam dialog sebagai satu-satunya cara yang konstruktif dan bermanfaat untuk menyelesaikan perbedaan. Bersama-sama, kita akan menandai masa depan yang lebih baik untuk wilayah kita. Sebagai salah satu pendiri OKI, Republik Islam Iran yang meyakini prinsip-prinsip organisasi, telah menempatkan persahabatan dan persaudaraan antarnegara-negara Islam di garis depan politik luar negerinya, dan selalu memprakarsai dan membela perdamaian dan keamanan di Teluk Persia, Yaman, Suriah dan Irak serta Lebanon dan masalah regional lainnya," kata Najafi.
Selain itu, dia mengutuk unilateralisme Amerika Serikat, termasuk terorisme ekonomi terhadap negara berkembang, di tengah wabah virus corona.
Tindakan ilegal Amerika Serikat membatasi akses negara ke pasokan medis dan menghambat perjuangan mereka melawan pandemi virus corona.
"Langkah-langkah ini dapat membawa konsekuensi yang mengerikan bagi perdamaian dan keamanan internasional serta pembangunan di seluruh dunia," katanya.
"Dunia sekarang sedang mengamati apakah para pemimpin baru Amerika akan meninggalkan metode yang merusak, ilegal dan penindasan dari rezim yang keluar dan memilih multilateralisme, kerjasama dan penghormatan terhadap hukum atau tidak. Terlepas dari setiap perubahan dalam pendekatan pemerintah Amerika Serikat, negara-negara Islam harus secara kolektif bertekad untuk menjaga persatuan mereka guna menyelesaikan masalah," jelasnya.
Sumber: https://en.abna24.com/news//oic-states’-normalization-with-israel-betrayal-of-muslims_1090355.html