Sentimen Positif Vaksin Kerek Harga Minyak Dunia

Espektasi vaksin mengesampingkan kenaikan jumlah korban akibat covid-19.

REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat waktu New York atau Sabtu (5/12) pagi WIB. Harga minyak Brent mendekati 50 dolar AS per barel dipicu ekspektasi paket stimulus ekonomi AS dan kemungkinan vaksin untuk Virus Corona.

Sentimen positif ini mengesampingkan peningkatan pasokan dan kenaikan jumlah korban tewas akibat COVID-19. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 54 sen atau 1,11 persen menjadi menetap di 49,25 dolar AS per barel. Selama sesi tersebut, kontrak Brent mencapai level tertinggi sejak awal Maret di 49,92 dolar AS per barel.

Baca Juga



Sementara itu harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, terangkat 62 sen menjadi 46,26 dolar AS per barel. Sebelumnya, harga WTI sempat menyentuh level tertinggi 46,68 dolar AS per barel.

Kedua acuan minyak telah naik selama lima minggu berturut-turut, dengan harga Brent naik 1,7 persen dan harga minyak mentah AS naik 1,9 persen.

Rencana bantuan Virus Corona bipartisan senilai 908 miliar dolar AS mendapatkan momentum di Kongres AS.

“Kami lebih tinggi, meskipun ada peristiwa yang sangat buruk ini semua tentang stimulus,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho,Bob Yawger, di New York.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, pada Kamis (3/12) menyetujui kompromi untuk sedikit meningkatkan produksi mulai Januari. Nemun, negara-negara itu melanjutkan sebagian besar pembatasan pasokan yang ada untuk mengatasi permintaan yang terpukul Virus Corona.

OPEC dan Rusia sepakat untuk mengurangi pemangkasan produksi minyak mulai Januari sebesar 500.000 barel per hari. Kenaikan produksi belum ditentukan lantaran gagal mencapai kompromi mengenai kebijakan yang lebih luas untuk sisa tahun 2021.

Kenaikan ini berarti grup tersebut akan mengurangi produksi sebesar 7,2 juta barel per hari, atau 7,0 persen dari permintaan global mulai Januari. Saat ini, kelompok itu memotong sebesar 7,7 juta barel per hari.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler