Jepang Ambil Sampel Asteroid untuk Ungkap Asal-Usul Angkasa
Ilmuwan akan meneliti sampel asteroid untuk memahami asal-usul tata surya
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pesawat luar angkasa Hayabusa2 merilis kapsul kecil pada Sabtu (5/12) dan mengirimkannya ke Bumi dengan sampel dari asteroid yang jauh. Pada sekitar 10 kilometer di atas tanah, sebuah parasut dibuka untuk memperlambat jatuhnya dan sinyal suar dikirim untuk menunjukkan lokasinya di daerah jarang penduduk di Woomera, Australia selatan.
Sekitar dua jam setelah masuk kembali, Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) mengatakan, tim pencari helikopter menemukan kapsul bernama Ryugu. Dalam bahasa Jepang kata tersebut berarti "Istana Naga", nama kastil dasar laut dalam dongeng rakyat Jepang.
Pengambilan kapsul berbentuk seperti panci, dengan diameter sekitar 40 sentimeter, diselesaikan setelah dua jam. "Pekerjaan pengumpulan kapsul di lokasi pendaratan telah selesai. Kami banyak berlatih untuk hari ini ... berakhir dengan aman," kata badan tersebut dalam kicaun di Twitter.
Lusinan staf JAXA telah bekerja di Woomera untuk mempersiapkan pengembalian sampel. Mereka memasang antena parabola di beberapa lokasi di area target di dalam lapangan uji Angkatan Udara Australia untuk menerima sinyal.
Pakar batuan luar angkasa Universitas Nasional Australia, Trevor Ireland, mengatakan telah memperkirakan sampel Ryugu dengan meteorit yang jatuh di Australia dekat Murchison di negara bagian Victoria lebih dari 50 tahun lalu. "Meteorit Murchison membuka jendela tentang asal usul bahan organik di Bumi karena batuan ini ditemukan mengandung asam amino sederhana serta air yang melimpah," katanya.
"Kami akan memeriksa apakah Ryugu adalah sumber potensial bahan organik dan air di Bumi saat tata surya terbentuk, dan apakah ini masih utuh di asteroid," ujar pakar yang berada di Woomera untuk kedatangan kapsul tersebut.
Astrofisikawan Swiss-Amerika dan administrator terkait Direktorat Misi Sains NASA, Thomas Zurbuchen, mengucapkan selamat kepada badan antariksa Jepang dan banyak individu di Jepang dan pendukung yang memungkinkan hal ini terjadi. "Bersama-sama, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul tata surya kita, dan sumber air serta molekul organik yang mungkin menjadi benih kehidupan di Bumi," ujarnya menulis di Twitter.