Covid-19, Penderita Ginjal Kronis Paling Berisiko Diopname
Penyakit ginjal kronis disebut sebagai faktor risiko utama dari keparahan Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analisis catatan kesehatan elektronik Geisinger mengungkapkan penyakit ginjal kronis menjadi faktor risiko utama dari keparahan Covid-19, penyakit akibat infeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Kondisi itu membuat pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Tim peneliti dari Geisinger mempelajari catatan kesehatan dari 12.971 orang yang dites Covid-19 dalam sistem antara 7 Maret dan 19 Mei. Dari kelompok ini, 1.604 positif terinfeksi SARS-CoV-2 dan 354 harus dirawat di rumah sakit.
Tim menganalisis catatan untuk mengetahui hubungan antara kondisi klinis tertentu, termasuk ginjal, kardiovaskular, pernapasan, dan kondisi metabolisme. Covid-19 dengan kasus gejala yang membuat pasien harus menjalani perawatan di rumah sakit juga dianalisis.
Secara keseluruhan, penyakit ginjal kronis paling erat kaitannya dengan pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap. Penderita penyakit ginjal stadium akhir 11 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan pasien tanpa penyakit ginjal.
Penelitian telah mengidentifikasi berbagai kondisi kesehatan yang terkait dengan peningkatan risiko rawat inap terkait Covid-19, termasuk diabetes, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis. Alex Chang, ahli nefrologi dan wakil direktur Institut Penelitian Kesehatan Ginjal Geisinger mengatakan, apa yang paling penting diketahui di sini adalah besarnya risiko terkait penyakit ginjal.
"Temuan ini menyoroti perlunya mencegah penyakit terkait Covid-19 pada pasien dengan penyakit ginjal dan kondisi berisiko tinggi lainnya," ujar Chang, dilansir Times Now News, Senin (7/12).
Belum sepenuhnya jelas kondisi medis yang mendasari peningkatan risiko komplikasi terkait Covid-19. Namun, penelitian tersebut menunjukkan bahwa stres fisiologis yang disebabkan oleh respons peradangan yang berlebihan terhadap infeksi virus corona jenis baru dapat mengganggu kestabilan organ yang sudah dilemahkan oleh penyakit kronis atau cedera organ akibat virus dapat bertindak sebagai serangan kedua pada organ-organ tersebut.
"Konsisten dengan hipotesis ini, ginjal dan jantung berada di antara jaringan dengan ekspresi ACE2 tertinggi, reseptor SARS-CoV-2," jelas tim peneliti.
Meski ukuran sampel yang diteliti relatif kecil, sumber daya Geisinger sebagai sistem kesehatan terintegrasi di Amerika Serikat memungkinkan analisis data yang tersedia cukup komprehensif. Tim menggunakan pendekatan baru yang dimungkinkan oleh catatan kesehatan elektronik yang ekstensif, data demografis unik, dan sistem kesehatan terintegrasi.
“Kami dapat melakukan penelitian ini meski memiliki jumlah kasus COVID-19 yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit besar di wilayah metropolitan,” kata Tooraj Mirshahi, profesor di Departemen Genomik Molekuler dan Fungsional Geisinger.