Batuk Kering Berkepanjangan Bisa Jadi Gejala Covid-19

Di Inggris, orang yang batuk kering berkepanjangan diimbau menjalani tes Covid-19.

Pixabay
Batuk kering bisa menjadi gejala dari berbagai penyakit, salah satunya Covid-19.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dengan bertambahnya kembali kasus Covid-19 di Inggris, para pakar mewanti-wanti mengenai gejala lain dari penyakit tersebut. Siapapun yang mengalami batuk kering berkepanjangan diimbau untuk menjalani tes Covid-19.

Rekomendasi pemerintah, tes sebaiknya dilakoni setelah lima hari mengalami batuk kering. Gejala kunci lain ialah suhu tubuh meninggi, hilangnya kemampuan indra perasa dan indra penciuman, sakit kepala, dan sering ke toilet.

Dokter umum Sarah Jarvis menjabarkan, batuk kering perlu diwaspadai jika baru dirasakan, bukan diakibatkan merokok atau kebiasaan lain. Batuk tersebut juga persisten, bukan hanya karena membersihkan tenggorokan.

"Setidaknya batuk kering berlangsung terus-menerus selama setengah hari. Jika ada kemungkinan disebabkan virus corona, Anda perlu mengisolasi diri," kata Jarvis yang menjabat sebagai direktur klinis di Patientaccess.com.

Menurut Layanan Kesehatan Inggris (NHS), batuk kering sama sekali tidak menghasilkan dahak dan lendir. Batuk jenis ini pun menyebabkan iritasi serta membuat gatal tenggorokan. Para pakar juga masih berusaha memahaminya.

Meskipun demikian, pasien yang mengembangkan gejala tersebut tidak selalu mengidap Covid-19. Sejumlah pasien corona bahkan tidak mengalaminya sama sekali. Namun, jika terlihat gejala biasanya muncul dalam periode waktu tertentu.

Selama ini, gejala Covid-19 diyakini dapat muncul dua hari sampai 11 hari. Menurut riset terbaru, rata-rata masa inkubasi virus corona adalah 5,1 hari. Anak dan orang dewasa yang tertular virus bisa menunjukkan gejala yang berbeda.

Studi oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 97,5 persen pasien menunjukkan gejala 11,5 hari setelah terinfeksi. Para orang tua diminta waspada menjaga kesehatan buah hati mereka.

Data dari aplikasi Covid Symptom Tracker mengungkap berbagai gejala pasien anak. Aplikasi melibatkan 98 anak yang teruji positif Covid-19 dan 15.800 anak yang negatif Covid-19. Sebanyak 55 persen dari pasien positif mengidap kelelahan.

Gejala lain berdasarkan urutan terbanyak adalah sakit kepala (53 persen), demam (49 persen), sakit tenggorokan (38 persen), dan kehilangan nafsu makan (35 persen). Sebanyak 15 persen anak juga mengalami ruam kulit yang tidak biasa.

Cara terbaik untuk mencegah penularan virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 adalah dengan menjaga kebersihan. Cuci tangan dengan air dan sabun secara menyeluruh, sambil menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" sebanyak dua kali yang butuh waktu sekitar 20 detik.

Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol. Pakai masker wajah dan face shield saat keluar rumah dan selalu perhatikan jarak sosial dengan orang lain, setidaknya dua meter.

Menurut studi terbitan 2015 di American Journal of Infection Control, rata-rata seseorang menyentuh wajahnya lebih dari 20 kali dalam satu jam. Untuk menghindari virus corona, cobalah berusaha sebaik mungkin untuk tidak melakukan itu dengan tangan kotor.

Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh setiap hari, termasuk meja, kenop pintu, sakelar lampu, meja, ponsel, kibor, kloset, keran, dan bak cuci. Jangan lupa membersihkan tangan setelah menyentuhnya.

Patogen dapat bersarang di tangan dan masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di wajah (mata, hidung, dan mulut). Beberapa lokasi itu yang bertindak sebagai jalur menuju tenggorokan dan paru-paru.

Cara lain menghindarkan virus, pastikan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau bagian dalam siku saat batuk atau bersin. Setelah membersit hidung, segera buang tisu bekas ke tempat sampah, dikutip dari laman The Sun, Kamis (10/12).

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler