Bangkit dari Pandemi Covid-19, Sukses di Bisnis Kuliner
Di masa pandemi Covid-19, baiknya kerja kolaborasi ditingkatkan.
REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 membuat para pengusaha meronta-ronta. Banyak di antaranya terpaksa merumahkan bahkan memutus hubungan kerja karyawan agar terhindar dari ancaman gulung tikar.
Namun, tak setiap usaha masih bisa bertahan dengan diakali pengurangan biaya operasional lewat cara itu. Hal ini, seperti dirasakan Edwin Miftahudin, seorang pebisnis travel haji dan umrah yang kemudian berputar haluan merintis usaha di bidang kuliner.
Edwin hanya salah satu pelaku usaha di bidang travel haji dan umrah yang terdampak pagebluk ini. Bisnis jasanya pun termasuk bidang-bidang usaha yang terganggu sejak mula Covid-19 melanda Indonesia. Dia pun sadar, pandemi yang belum pasti akhirnya tidak akan pernah menguntungkan bisnis travel untuk waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu, Edwin mencoba peruntungan di bidang kuliner dengan membuat tempat makan Bebek Cenghar. Menurutnya, kuliner dipilih karena dianggap sebagai bisnis yang cukup stabil di masa pandemi. Masyarakat tak akan meluputkan kebutuhan pokok seperti makanan.
Di samping itu, menu bebek dia pilih karena merupakan makanan yang lezat, juga bisa membantu roda perekonomian terus berputar. Lewat bisnisnya ini, selain para pegawainya dulu bisa diselamatkan, dia bisa melibatkan para peternak bebek, para petani hingga penyedia jasa pengantar makanan berbasis platform digital, misalnya Gojek dan Grab.
"Kalau saya berpikir egois sendir sebagai pedagang, ah sudah lah para karyawan dirumahkan tanpa digaji kita bisa survive. Namun, kita juga harus berpikir bagaimana para karyawan biar tetap berpenghasilan, termasuk kita juga buka lapangan kerja, karena penting di masa sekarang ekonomi itu tetap berputar," ujar Edwin Owner Bebek Cenghar ini, kepada Republika, Rabu (16/12).
Bebek Cenghar sendiri mengusung tagline "Rajanya Bebek Pedas". Lewat sejumlah riset kecil-kecilnya, Bebek Cenghar melahirkan menu-menu yang tak kalah nikmatnya dibanding tempat makan lain yang menyediakan bebek. Karena, restoran ini menyajikan sambal-sambal yang kaya akan rasa.
Menurutnya, makanan pedas dipilih karena pamornya yang tinggi di masyarakat. Selain berfungsi sebagai penambah rasa dan menggugah selera makan, pertimbangkan ini dipilih berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa sambal memiliki beragam efek positif bagi kesehatan.
Karena, kata dia, cabai sebagai bahan baku sambal kaya akan capsaicin, yang senyawanya bagus untuk ketahanan tubuh terhadap infeksi. Mengonsumsi cabai juga dapat membantu meningkatkan performa sistem imun tubuh, sekaligus merangsang kerja ginjal, paru, dan jantung.
Bebek Cenghar pun, kata Edwin, tergolong tempat makan yang menyediakan menu bebek dengan harga murah. Menunya yang paling mahal hanya dijual sebesar Rp 36 ribu.
Namun walaupun murah, Bebek Cenghar tetap mengutamakan kepuasan pelanggan. Ini juga yang jadi pertimbangkan pemilihan bebek lokal sebagai bahan baku Bebek Cenghar karena dagingnya lebih banyak daripada bebek hibrida.
"Ada beberapa jenis bebek. Kalau di ayam mah hibrida itu bisa disebut ayam boiler, kalau yang lokal bisa disebut kampungnya. Kita lebih memilih yang kampung ini, yang lokal, biar lebih sehat, dagingnya juga lebih banyak dibanding hibrida," papar Edwin.
Kuliner Bandung Alat Bertahan di Masa Pandemi
Edwin pun bercerita, sebagai seseorang yang berdomisili di Bandung, ia menganggap kuliner memang tidak bisa dipisahkan kehadirannya dari masyarakat. Membuka bisnis kuliner untuk bertahan di masa pandemi hanya salah satu alasannya meluncurkan Bebek Cenghar.
Lebih jauh dia ingin meramaikan khazanah kuliner Bandung, yang juga bisa jadi penopang kunjungan wisatawan ke Bandung. Selain itu, pengusaha sepertinya yang membuka bisnis baru di masa pandemi, diharapkan bisa menginspirasi para pelaku-pelaku usaha lainnya di Bandung. Ini juga yang nanti bisa mempertahankan eksistensi Bandung sebagai daerah wisata. Selain membantu pemerintah mendorong perputaran ekonomi agar terjaga dan membantu Indonesia keluar dari resesi ekonomi karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
"Jadi Bebek Cenghar ini bisa memicu, jadi inspirasi bagi bidang apapun yang terkena Covid-19. Baik itu pengusaha atau pekerja, memulai saja, modalnya bisa berapa aja, kuliner Bandung bisa menjadi penyelamat bagi perputaran ekonomi Kota Bandung juga, karena insya Allah lah orang gak berhenti makan," papar Edwin.
Edwin pun berpesan bahwa di masa pandemi seperti ini, para pengusaha baiknya tidak menutup ruang untuk selalu berinovasi dengan produk-produknya. Pengembangan produk sangat diperlukan sehingga masyarakat terangsang untuk selalu mengeluarkan koceknya agar ekonomi terus terjaga di masa pandemi.
Kata kunci lain, kata Edwin, di masa pandemi Covid-19, baiknya kerja kolaborasi ditingkatkan. Untung dari bisnis tidak seberapa nilainya daripada memberi manfaat bagi masyarakat. Hal ini pula diprinsipkan Edwin untuk Bebek Cenghar.
"Buat bertahan di masa pandemi bisnis kuliner bisa jadi penyeimbang karena membuat ekonomi tetap berputar," katanya.
Kedua, kata dia, kata kuncinya kolaborasi, jadi masa gini tak bisa egois kumaha urang karena zamannya sekarang bukan soal kompetisi, tapi kolaborasi. "Bebek Cenghar juga buka ruang buat kolaborasi, yang mau boleh ke sini. Masa seperti ini masa buat kolaborasi," kata Edwin.