Tips Mengajarkan PAUD dari Rumah

Suasana pembelajaran PAUD tidak boleh monoton.

PAUD sebaiknya tak asal-asalan/ilustrasi.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Berbagai tantangan dihadapi orang tua (ortu) dalam sistem belajar dari rumah (BDR) di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ortu pun diharuskan menjadi guru dalam mendampingi anak di rumah selama BRD.

Bosan yang dirasakan anak dalam BDR menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi. Menurut Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) DIY, Zamzani Ulwiyati Darojat, suasana pembelajaran tidak boleh monoton.

Ia mengatakan, menghilangkan kebosanan anak dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang menyenangkan. Salah satunya dengan mengajak anak untuk belajar dari aktivitas kesehariannya.

"Misalnya pembelajaran bentuk, ada jendela, pintu yang bisa diperkenalkan sebagai bentuk persegi panjang. Apa saja bisa dijadikan media pembelajaran asal kita mau," katanya yang akrab disapa Bunda Ulwi ini dalam online talkshow yang digelar Republika.co.id dengan tema Kesiapan PAUD untuk Pembelajaran Gagal Muka di Tengah Pandemi Covid-19, Selasa (15/12).

Selain itu, anak yang tidak mau mendengarkan orang tua juga menjadi tantangan dalam BDR.  Ulwi menuturkan, anak memang memerlukan figur lain yang mereka hormati di hidupnya.

Seringkali guru lebih sering didengarkan oleh anak dibandingkan dengan orang tua. Hal ini dapat disebabkan oleh cara komunikasi yang salah oleh orang tua.

Untuk itu, orang tua harus belajar menjadi guru PAUD dengan menata hati serendah-rendahnya. Artinya, setiap orang tua  harus dapat menghormati anaknya dan berkomunikasi dengan baik sebagaimana yang dilakukan oleh guru PAUD.

"Orang tua dicuekin karena kita sudah biasa dengannya. Mindset orang tua misalnya seenaknya sendiri berkomunikasi, anak tidak dihormati. Yang harus dilakukan orang tua, mari kita serendah-rendahnya menata hati," ujarnya.

Membangun kepercayaan anak terhadap orang tua, kata Ulwi, juga menjadi hal penting. Ini dapat dilakukan dengan menyamakan komitmen antara ayah dan ibu dalam mendampingi anak di rumah.

Jika tidak konsisten, kepercayaan anak terhadap orang tua akan rusak. Dengan begitu, kepercayaan diri anak juga tidak akan timbul.

"Misalnya ayah mengatakan A, ibu mengatakan B, ada inkonsistensi dan dapat merusak trust anak. Anak harus diperlakukan dengan baik, orang tua harus memahami bahwa anak bukan milik kita. Tapi kita dipercaya oleh Allah untuk menerima ini dan harus diperlakukan dengan baik ," jelasnya.

Hingga saat Ini, sebagian PAUD khususnya di DIY masih menerapkan sistem BDR. Terkait kesiapan PAUD dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di tengah pandemi, Ulwi mengatakan, diperlukan dukungan seluruh pihak.

Terutama terkait sarana dan prasarana penunjang agar diterapkannya protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan baik. Salah satunya sarana tempat cuci tangan, masker/face shield dan disinfektan.

Ulwi menjelaskan, belum semua instansi PAUD yang memiliki sarana yang lengkap. Terlebih, banyak pengelola dan guru PAUD di DIY tidak memiliki penghasilan di tengah pandemi ini.

"Pendidik PAUD di DIY militan, hampir semua pengelola PAUD melakukan hal yang sama. Kami (guru dan pengelola) berjuang dengan tidak ada income, bahkan ada yang berjuang sambil berjualan, bertani," katanya.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler