Satgas Pangan Jatim Pantau Harga Bahan Pokok Jelang Nataru
Satgas akan terus mengupayakan kestabilan harga saat Natal 2020 dan tahun baru 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Satuan Tugas Pangan Provinsi Jawa Timur melakukan inspeksi harga bahan pokok ke sejumlah pasar tradisional di Surabaya, Kamis (17/12). Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan, inspeksi yang dilakukan dimaksudkan untuk upaya mengetahui langsung fakta di lapangan terkait stok bahan pokok menjelang Natal 2020 dan tahun baru 2021.
Beberapa pasar yang dikunjungi di antaranya Pasar Tambahrejo dan Pasar Wonokromo. Satgas Pangan Jatim menanyakan langsung ke sejumlah pedagang terkait harga, ketersediaan, serta minat pembeli kebutuhan pokok di pasar tersebut.
"Berdasarkan data di Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, pada dasarnya ketersediaan stok dan harga normal dan tidak ekstrim, bisa sampai tahun baru 2021," kata Drajat.
Drajat menegaskan, pihaknya akan terus mengupayakan kestabilan harga saat natal 2020 dan tahun baru 2021. Drajat menyatakan akan bekerja sama dengan Satgas Pangan Polda Jatim untuk melakukan pengawasan dan monitoring di lapangan. Tujuannya untuk menghindari penimbunan dan menjaga kelancaran distribusi sampai ke masyarakat.
Sementara berdasarkan hasil inspeksi, sejumlah harga komoditas pangan malah mengalami penurunan. Seperti bawang merah yang sebelumnya Rp 29 ribu per kilogram saat ini terpantau menjadi Rp22 ribu per kilogram. Kemudian cabe merah menurun dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp35 ribu per kilogram.
Selain itu, berdasarkan data Portal Digital Satgas Pangan (PDSP) Jatim, ketersediaan dan kebutuhan bahan pokok pada Desember 2020 menunjukan nilai surplus. Seperti beras sebesar 2,41 juta ton, bawang merah 136 ribu ton, bawang putih 107 ribu ton, cabai rawit merah 239 ribu ton, daging sapi 205 ton, daging ayam 3,4 ribu ton, telur ayam 24,9 ribu ton, gula pasir 911 ribu ton dan jagung 2,85 juta ton. Sementara itu cabai merah besar mengalami defisit sebesar -1.7 ribu ton. "Pemenuhan kebutuhan di Jawa TimuR menjadi prioritas utama, sehingga kami imbau agar pelaku usaha dapat memenuhi kebutuhan Barang Kebutuhan Pokok di Jawa Timur terlebih dahulu, sebelum mendistribusikan keluar Jawa Timur," ujarnya.