Vegetarian dalam Pandangan Islam
Islam menganjurkan keseimbangan gizi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilihan menjadi seorang vegetarian atau orang yang hanya makan dari sumber makanan tumbuhan dan tidak makan daging saat ini telah banyak yang mempraktikkannya. Ada yang memilih menjadi vegetarian karena kepercayaan, gaya hidup bahkan alasan menjaga lingkungan.
Sebagai seorang Muslim yang tindakannya berpedoman kepada Alquran dan Hadist, bagaimana Islam memandang perilaku ini?
Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar menyebut panduan dan teladan hidup seorang Muslim adalah Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sementara, menjadi seorang vegetarian akan banyak bertentangan dengan ajaran Islam.
Seperti kewajiban berqurban pada Idul Adha, anjuran melakukan aqiqah dengan memotong kambing hingga sunnah Nabi Muhammad yang memakan sumber makanan hewani.
“Ada beberapa syariat yang menganjurkan memotong hewan lalu dimakan. Kalau kita melarang orang makan daging, maka akan bertentangan dengan yang disyariatkan Islam, kalau tidak boleh memotong daging padahal wajib hukumnya untuk berqurban. Kalau dilarang seperti orang vegetarian berarti kita nggak boleh beribadah qurban, bertentangan dengan ayat itu, kan ayat dan hadits memerintahkan kita berqurban,” ujar Nasaruddin, Jumat (18/12).
“Lebih terlarang lagi, kalau berqurban tapi ternyata tidak dimakan dagingnya dan dibuang, itu mubazir,” tambahnya.
Menurutnya, dua hari raya besar Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha memiliki hikmah yang salah satunya adalah agar umat Islam memenuhi tubuh dengan gizi yang seimbang. Kewajiban zakat dengan bahan makanan pokok saat Idul Fitri berarti seorang Muslim harus terpenuhi asupan karbohidratnya.
Idul Adha yang diwajibkan berqurban hewan berarti seorang Muslim harus memenuhi asupan proteinnya. “Islam itu menganjurkan keseimbangan gizi, keseimbangan antara protein dan karbohidrat. Tanpa protein tubuh lemah, kalau protein tanpa karbohidrat akan ada masalah juga,” jelasnya.
Kendati demikian, Nasaruddin menyebut jika pilihan menjadi vegetarian karena selera saja tanpa mengharamkan diri dan orang lain untuk memakan daging, maka itu masih dibenarkan. Alasan seorang menjadi vegetarian karena memiliki masalah kesehatan juga menjadi alasan yang dibenarkan untuk tidak mengonsumsi daging.
Dalil...
“Jika membatasi diri karena punya penyakit kolesterol, sehingga membatasi makan daging, maka itu tidak apa-apa. Tapi kalau mengharamkan yang dihalalkan Allah itu nggak boleh. Kalau nggak mau makan, jangan suruh orang berhenti makan, tidak boleh melarang orang makan daging karena Nabi makan daging,” ucapnya.
Nasaruddin juga mengutip Surat Al-Maidah ayat 87
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحَرِّمُوا۟ طَيِّبَٰتِ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
Dia juga mengutip Surat Ali Imran ayat 93:
كُلُّ ٱلطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَٰٓءِيلُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ مِن قَبْلِ أَن تُنَزَّلَ ٱلتَّوْرَىٰةُ ۗ قُلْ فَأْتُوا۟ بِٱلتَّوْرَىٰةِ فَٱتْلُوهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar."
“Pada prinsipnya segala makanan itu halal kecuali yang diharamkan, jangan dibalik menjadi segala sesuatu itu haram kecuali yang dibolehkan. Berarti Islam itu lebih longgar, yang diharamkan cuma beberapa seperti pengecualian atau tahasus seperti dilarang makan yang jorok, seperti bekicot atau burung seperti elang,” ujarnya.
Adapun pendapat yang menyebut pilihan menjadi seorang vegetarian adalah untuk menjaga kelestarian hewan atau menjaga lingkungan, menurutnya tidak bisa dibenarkan. Hal ini karena ajaran Islam memang hanya membolehkan mengonsumsi hewan-hewan yang cara berkembangbiaknya mudah seperti sapi, kambing, dan ayam.
“Allah itu maha adil, jadi hewan yang boleh dikonsumsi orang biasanya cepat perkembangannya. Kalau hewan langka seperti harimau itu tidak boleh dimakan. Jadi alam ini tidak akan menderita jika yang memakannya adalah manusia, tapi kalau dimusnahkan begitu saja tanpa dimakan itu yang akan menjadi masalah,” ujarnya.