Studi: Bayi Baru Lahir Punya Kekebalan Terhadap Covid-19

Studi di Singapura temukan bayi-bayi yang baru lahir punya kekebalan Covid-19.

AP/VOA
Studi di Singapura temukan bayi-bayi yang baru lahir punya kekebalan Covid-19 (Foto: ilustrasi bayi baru lahir)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harapan menghadapi Covid-19 semakin menguat dengan paparan temuan salah satu studi di Singapura. Penelitian itu menemukan bahwa bayi-bayi yang baru lahir memiliki kekebalan terhadap penyakit Covid-19.

Berdasarkan laporan dari Singapura itu, seorang ibu melahirkan bayi dengan antibodi alami yang dapat menetralkan virus corona. Bayi itu ditengarai mengembangkan kekebalan terhadap Covid-19 sejak dalam kandungan.

Ibu dari bayi tersebut terinfeksi corona pada awal pandemi yang merupakan periode awal kehamilannya. Saat dinyatakan positif corona, dia sedang mengandung 10 pekan. Pada pertengahan November, dia melahirkan bayi laki-laki yang sehat.

Menurut riset, sang ibu tidak memiliki antibodi corona, tetapi putranya memiliki itu. Antibodi penetral adalah protein yang diciptakan sistem kekebalan untuk menghentikan penyebaran virus dengan cara mencegah protein menginfeksi sel.

Vaksin corona pun dirancang untuk mengajarkan sistem kekebalan tubuh cara merespons infeksi dengan menginduksi antibodi khusus Covid-19. Antibodi bisa menghilang setelah beberapa saat, tetapi perlindungan terhadap Covid-19 bisa bertahan.

Dalam laporan studi, belum diketahui apakah semua ibu yang terinfeksi Covid-19 selama kehamilan akan melahirkan anak dengan antibodi virus corona. Studi mengamati 16 perempuan hamil yang mayoritas terinfeksi Covid-19 dalam tahapan ringan.

Lima di antaranya telah melahirkan pada saat penelitian dipublikasikan. Hasil mengejutkan lain, tidak satu pun dari para ibu hamil itu menularkan virus ke bayinya, dan tidak satupun ibu yang meninggal dunia.

Akan tetapi, ada dua dari mereka yang kehilangan bayinya. Dari dua kematian prenatal tersebut, satu kasus dikaitkan dengan komplikasi Covid-19. Meskipun peserta penelitian ini cukup terbatas, hasilnya dianggap menjanjikan.

"Ini menunjukkan bahwa kejadian dan tingkat keparahan Covid-19 di antara perempuan hamil sejalan dengan tren populasi umum," kata Jaringan Riset Obstetri dan Ginekologi Singapura, seperti dikutip dari laman BGR, Sabtu (19/12).

Para peneliti menyampaikan, belum ada kejelasan mengenai spesifikasi jenis perlindungan dari antibodi di tubuh bayi. Pemantauan terhadap para bayi akan terus dilakukan untuk melihat fluktuasi antibodi seiring waktu.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler