Ketika Alquran Jadi Perisai Bagi Pembacanya di Akhirat

Alquran akan menjadi perisai bagi para pembacanya kelak di akhirat

dok. Republika
Alquran akan menjadi perisai bagi para pembacanya kelak di akhirat. Ilustrasi Membaca Alquran
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Keutamaan membaca Alquran juga dapat melindungi para pembacanya dari siksa pada hari kiamat. Melindungi di sini berarti menjadi perisai yang membuatnya nyaman atas apa yang telah diperbuatnya dengan Alquran. Rasulullah SAW bersabda: 

Baca Juga


اقْرَؤُوا القُرْآنَ فإنَّه يَأْتي يَومَ القِيامَةِ شَفِيعًا لأَصْحابِهِ “Iqra-uul-Qur’ana fa innahu ya-ti yaumal-qiyamati syafi’an li-ash-habihi.” 

Yang artinya: “Bacalah kalian semua Alquran, sesungguhnya (bacaan) itu nanti dapat menjadi perisai yang menemani sahabatnya.” 

Keutamaan membaca Alquran juga dapat dirasakan terhadap psikologis jiwa dan hati para pembacanya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

ما اجتمَعَ قومٌ في بيتٍ من بيوتِ اللَّهِ يتلونَ كتابَ اللَّهِ، ويتدارسونَهُ فيما بينَهم إلَّا نزلَت عليهِم السَّكينةُ، وغشِيَتهُمُ الرَّحمةُ، وحفَّتهُمُ الملائكَةُ، وذكرَهُمُ اللَّهُ فيمَن عندَهُ 

“Maa-jtama’a qaumun fi baitin min buyutillahi yatluna kitaballahi, wa yatadaarasunahu bainahum illa nazalat alaihim as-saknatu wa ghasyiyathum ar-rahmatu wa haffathumul-malaikatu wa dzakarahumullahu fi man indahu.”.

Yang artinya: “Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Alquran, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat. Serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat yang berada di sisi-Nya.”

Ketulusan serta keimanan kepada Allah dalam membaca Alquran juga tak luput dari perhatian Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال:  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا قَرَأَ ابنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطانُ يَبْكِي، يقولُ: يا ويْلَهُ، وفي رِوايَةِ أبِي كُرَيْبٍ: يا ويْلِي، أُمِرَ ابنُ آدَمَ بالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الجَنَّةُ، وأُمِرْتُ بالسُّجُودِ فأبَيْتُ فَلِيَ النَّارُ. وفي رواية: فَعَصَيْتُ فَلِيَ النَّارُ

“Idza qara-a ibnu Adama as-sajdata fasajada I’tazala as-syaithaanu yabki, yaqulu: ya waylah, wa fi riwayati Abi Kuraibin; ya wayli, umara ibnu Adama bi-sujudi fasajada falahu al-jannatu wa umirtu bissujudi fa ubaitu faliyannaru. Wa fi riwayati: fa’ashaitu faliyannari.”

Yang artinya: “Jika anak Adam membaca ayat Sajadah, lalu dia sujud maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata: celakalah aku. Di dalam riwayat Abu Kuraibin: celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan bersujud, namun aku enggan sehingga aku pantas menjadi penghuni neraka.”  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler