Hikayat Ibu Kandung Rasulullah, Aminah binti Wahb (3)
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Konon, para wanita Quraisy kala itu dikenal dengan ketajaman firasatnya yang mampu meramal wajah para pemuda mereka. Bahkan, sebagian dari mereka sudah mampu mengarahkan firasatnya kepada Abdullah ibn Abdul Muththalib, ayahanda Nabi SAW.
Kecenderungan hati mereka kuat kepadanya. Sang nabi akan lahir dari tulang rusuknya. Rupanya, dugaan itu digali dari ketampanan wajahnya dan pancaran cahaya keningnya.
Dalam Ensiklopedia Wanita Al-Qur'an, Imad al-Hilali menulis, pada suatu hari, Siti Aminah masuk kamar pribadinya. Tiba tiba, dirinya melihat kedua orang tuanya memperhatikan. Memandang dirinya dengan tajam.
Tak lama, ia mendengar mereka bermunajat dengan suara lirih. Tetapi, sang ibunda Barrah bin ti 'Abdul 'Uzza adalah seorang wanita cerdas nan bijak. Ia segera menghampiri, lalu berkata dengan tenang, "Wahai Aminah, ayah mu akan membawamu ke Darun Nadwah. Maka bersiaplah.
Pikiran di benak Siti Aminah mulai berputar. Terpikirlah bahwa Darun Nadwah menjadi batas pemisah antara masa kanak-kanak dan masa remajanya.
Kini Aminah kian dewasa. Masa kanak-kanak perlahan ia tinggalkan dan masa dewasa, ia masuki. Aminah juga sudah dewasa sehingga harus menutup aurat dengan baik. Singkat cerita, Siti Aminah berkemas untuk berangkat ke Darun Nadwah bersama sang ayah.
Sebelumnya, tak lupa mereka terlebih dahulu menemui Ka'bah dan bertawaf tujuh putaran. Setelah itu, barulah mereka bertolak ke Darun Nadwah, yang tak lain adalah rumah Bani Abdud Dar ibn Qushay.
Di rumah itu, mereka mengadakan semua acara pernikahan, khitanan, atau penyelesaian masalah di antara mereka. Setiba di Darun Nadwah, Siti Aminah dibawakan hijab dan pakaian gamis. Wajahnya ditutup.
Pertanda bahwa Siti Aminah sudah dewasa dan diwajibkan menutup aurat. Kemudian, Siti Aminah pun kembali ke rumah Bani Zuhrah. Namun, masa kanak-kanak dengan dirinya sudah terhalang.
Bersambung...