Menanti Gebrakan Menkes-Wamenkes Baru Hadapi Pandemi

Menkes bukan dari dokter bukan masalah, yang penting bisa jadi komando yang amanah.

Antara/BPMI Setpres/Muchlis Jr
Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan ucapan selamat kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) saat upacara pelantikan menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12/2020). Presiden melantik enam menteri untuk menggantikan posisi menteri lama (reshuffle) dan lima wakil menteri, diantaranya Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.
Red: Karta Raharja Ucu

Oleh : Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi kesehatan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi kesehatan, Dekan Fakultas Kedokteran UI

Bagi saya, seorang menteri kesehatan dengan latar belakang dokter atau bukan dokter tidak ada masalah, yang penting bisa jadi komandan yang baik dan amanah untuk Kementerian Kesehatan. Keberadaan wakil menkes yang berasal dari seorang akademisi dan praktisi klinis bisa memberikan warna untuk kepemimpinan Kementerian Kesehatan, khususnya untuk mengatasi penyakit tidak menular dan upaya-upaya pencegahan penyakit.


Secara khusus untuk penanganan masalah pandemi Covid-19, upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jumlah tes PCR secara nasional, mempercepat datangnya vaksin Covid-19 yang efikasinya tinggi, mendukung penuh proyek vaksin merah putih, mendukung untuk obat modern asli Indonesia (OMAI), khususnya sebagai suplemen mencegah Covid-19 dan memberikan perlindungan untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19. Perlindungan bukan saja alat pelindung diri yang lengkap, tetapi juga insentif yang memadai agar mereka tetap bisa fit bekerja dan pemeriksaan swab baik antigen maupun PCR gratis secara rutin terhadap mereka.

Hal yang paling dibutuhkan agar Kemenkes segera bisa mengajak semua stake holders dengan baik. Baik itu di tingkat pusat, berkoordinasi dengan lintas departemen. Koordinasi dengan pemerintah daerah. Menteri Kesehatan juga perlu merangkul organisasi profesi kedokteran dan kesehatan dan institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan yang memproduksi tenaga medis dan tenaga kesehatan.

Selain itu hal utama yang harus menjadi perhatian adalah pembiayaan kesehatan, distribusi tenaga kesehatan, penelitian kesehatan inovatif yang bertujuan untuk efisiensi pembiayaan kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. Perlu efisiensi dalam pembiayaan kesehatan karena masalahnya terjadi dari hulu sampai hilir. Ini keahlian Pak Menkes kita yang pernah memimpin beberapa perusahaan BUMN dan mantan wakil menteri BUMN untuk mengatasi masalah inefisiensi dalam pembiayaan kesehatan.

Riset kesehatan inovatif harus didukung terutama yang dilakukan oleh Lembaga penelitian atau institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat kita. Secara nasional harus ada upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin, dan alat kesehatan yang memang di produksi dalam negeri. Hal ini harus lebih dipercepat dalam era pandemi.

Saat ini, sudah terbukti para peneliti dari lembaga penelitian, institusi pendidikan, dan industri telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini, misal ventilator, robot, rapid diagnostic kit, baik rapid test antibodi maupun rapid test antigen, genose dan juga pengembangan vaksin, puluhan produk inovatif dihasilkan dalam masa pandemi ini.

Saat ini juga ada pekerjaan rumah pemerintah, yaitu bagaimana melakukan edukasi masyarakat agar dapat menjalankan protokol kesehatan. Berbagai pengalaman libur panjang diikuti dengan peningkatan jumlah kasus hingga menembus beberapa angka psikologis, seperti 40.000, 100.000, dan 200.000.

Selain itu, informasi dari Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook bahwa setelah libur panjang terjadi peningkatan kasus lebih dari 50 persen, terutama saat libur Idul Fitri dan hari kemerdekaan. Selain itu begitu banyak hoaks yang beredar yang menghambat upaya-upaya untuk mengatasi pandemi global ini.

Perlu tokoh atau juru bicara sebagai wakil Kementerian Kesehatan yang bisa mengomunikasikan pesan-pesan kepada publik mengenai langkah yang akan dilakukan. Terus terang selama ini sepertinya Kemenkes lebih banyak bungkam.

Menteri kesehatan adalah orang yang paling bertanggung jawab agar bangsa ini tidak terpuruk dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, baik permasalahan kesehatan sebelum Covid-19 maupun selama dan pasca-Covid-19.

Angka kematian anak dan ibu masih tinggi. Begitu juga angka stunting. Berbagai penyakit infeksi, antara lain HIV dan TBC, kita masih termasuk kelompok negara dengan jumlah kasus yang tertinggi di dunia ini. Bahkan angka kekebalan terhadap obat TBC juga sudah banyak terjadi. (multiple drug resistance/MDR TB). Terus terang kondisi mengatasi masalah akan sangat terganggu di masa pandemi ini.

Harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada dan rasanya profesi kedokteran beserta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus menyambut kedatangan menteri kesehatan dan wakil menteri kesehatan baru dan siap mendukung untuk bersama-sama mengatasi pandemi ini serta mengejar ketertinggalan selama ini dalam hal pembangunan kesehatan. Dukungan Kemenkes terhadap pembangunan tenaga profesional akan membuat para tenaga kesehatan menjadi tuan rumah untuk masyarakatnya di era globalisasi, khususnya setelah pandemi ini usai.

Salam sehat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler