Israel Disebut Coba Pengaruhi Biden Lewat Jenderal AS

Israel ingin mempengaruhi keputusan Biden terkait dengan Iran.

AP/Carolyn Kaster
Presiden terpilih Joe Biden.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para pejabat Israel dikabarkan tengah mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintahan Amerika Serikat (AS) berikutnya yang dipimpin Joe Biden terkait Iran dan aktivitas nuklirnya. Media lokal Turki menggambarkan kunjungan jenderal tertinggi AS ke Israel pekan lalu untuk melakukan upaya tersebut.

Seperti dilansir laman Middle East Monitor, Jumat (25/12), Israel berharap bahwa Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley akan membantu mempengaruhi Presiden terpilih Joe Biden untuk menyetujui kebijakan Israel di Iran. Israel juga berharap AS mendukung proses normalisasi dengan negara-negara Arab.

Rencana AS terhadap Iran memang menjadi perhatian di Israel. Dua hal yang paling dilihat adalah pada kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan Presiden Donald Trump, serta janji Biden untuk kembali ke kesepakatan itu.

Baca Juga


Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa Biden akan mencabut sanksi ekonomi yang telah dihantam oleh pemerintahan Trump sejak AS menarik diri dari kesepakatan tersebut. Seorang pejabat Israel mengatakan kepada media bahwa Israel membutuhkan seseorang untuk "berada di ruangan" dengan Biden ketika dia menjabat untuk memainkan peran penting dalam tinjauan kebijakan apa pun.

Pekan lalu, Milley bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, dan Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Jenderal Aviv Kochavi. Pertemuan tersebut dipenuhi dengan ketakutan akan pembalasan Iran atas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh bulan lalu.

Pesan utama untuk Milley adalah bahwa Israel berharap Biden tidak terburu-buru kembali ke kesepakatan 2015. Politisi Israel yang berada dalam pembicaraan tersebut mengatakan bahwa lebih baik memberikan lebih banyak tekanan sekarang karena Iran berada dalam posisi yang lemah.

Kesenjangan kebijakan antara Israel dan pemerintahan Biden mungkin menyebabkan ketegangan. Hal itu dapat meningkat jika Netanyahu menyatakan keberatannya terhadap kebijakan Biden sebagai bagian dari kampanye dalam pemilihan di Israel, yang diperkirakan akan diadakan Maret mendatang.




BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler