5 Provinsi dengan Keterisian RS Rujukan Covid-19 Tertinggi

5 provinsi dengan keterisian di atas 70 persen, yakni DKI, Jabar, Jateng, Sulsel.

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Petugas beristirahat di tempat isolasi pasien OTG COVID-19 di Graha Wisata Ragunan, Jakarta, Sabtu (26/12/2020). Kasus positif COVID-19 di Indonesia hingga Sabtu (26/12) telah menembus angka 706.837 kasus sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret lalu dengan positivity rate 20,6 persen.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat okupansi rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 meningkat. Bahkan, tingkat keterisian rumah sakit di lima provinsi menjadi yang tertinggi, yakni di atas 70 persen.

Baca Juga


Sekretaris Jenderal PERSI Lia G. Partakusuma mencatat tingkat okupansi pasien secara nasional sebesar 63 persen. Namun, dia mengatakan, keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 ini tidak merata.

"Di beberapa provinsi, ada yang tinggi keterisiannya hingga 80 persen. Lima provinsi yang tingkat okupansinya tertinggi di atas 70 persen yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (27/12).

PERSI mengaku khawatir dengan pasien yang terus bertambah karena seharusnya keterisian pasien di RS rujukan di bawah 50 persen. Apalagi, dia mengatakan, lama rawat inap pasien Covid-19 hingga sembuh relatif panjang, yaitu lebih dari 10 hari. 

Akibatnya, dia mengatakan, banyak antrean calon pasien tidak bisa masuk rumah sakit karena hampir penuh. Efek lainnya adalah pasien yang menderita penyakit lain juga terlantar karena terfokus pada Covid-19. 

Lia mengatakan, jumlah rumah sakit rujukan untuk merawat pasien Covid-19 sekitar 900-an. PERSI sudah melakukan upaya mengatasi masalah keterisian ini seperti menambah tempat tidur pasien Covid-19 di RS rujukan.

Ia mengatakan, jumlah tempat tidur telah bertambah cukup banyak. Lia menyebutkan lebih dari 100 tempat tidur bisa ditambah dalam kurun waktu lima hari. "Tetapi setiap selesai ditambah kemudian kembali penuh," katanya.

Ia mengatakan, kini masyarakat berada di garda terdepan dan rumah sakit justru ada di benteng terakhir. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk menahan diri dan tidak menambah risiko penularan dengan menerapkan gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. 

Masyarakat juga diminta tidak meremehkan penyakit ini karena cepat menular, termasuk di antara keluarga. Sebab, berapa pun penambahan tempat tidur akan percuma jika banyak yang terinfeksi.

"Akibatnya, pasien bisa terlantar karena rumah sakit penuh, belum lagi harus menambah sumber daya manusia (SDM)," ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler