Berapa Lama Kekebalan Ada Setelah Infeksi Covid-19?

Jika terinfeksi virus, ada kemungkinan mereka akan memiliki antibodi dan sel T.

AP
Penyuntikan Vaksin (ilustrasi)
Rep: Kiki Sakinah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menemukan bukti terbentuknya kekebalan pelindung terhadap Covid-19 pada orang-orang hingga empat bulan setelah infeksi virus corona dengan gejalan ringan atau asimtomatik. Penemuan ini memberikan harapan bagi kemanjuran jangka panjang dari vaksin.

Para peneliti, termasuk dari Queen Mary University of London, menganalisis antibodi dan respon sel T pada 136 petugas kesehatan di Inggris, yang memiliki infeksi Covid-19 ringan atau asimtomatik sejak Maret lalu.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Immunology, itu menemukan bahwa 89 persen petugas kesehatan yang dianalisis membawa antibodi penawar 16-18 minggu setelah infeksi.

Tim, yang juga melibatkan para peneliti Imperial College London dan University College London, Inggris, menemukan sebagian besar pekerja juga memiliki sel T yang mampu mengenali berbagai bagian virus tersebut.

Namun, mereka mencatat bahwa kedua respon itu tidak selalu bertahan lama dalam keseimbangan. Sebab, beberapa individu menunjukkan kekebalan sel T tetapi tidak ada bukti antibodi, dan sebaliknya.

"Studi kami tentang infeksi SARS-CoV-2 pada petugas kesehatan di rumah sakit London mengungkapkan bahwa empat bulan setelah infeksi, sekitar 90 persen individu memiliki antibodi yang memblokir virus tersebut," kata Asisten Riset Postdoctoral di Queen Mary.  Joseph Gibbons, dilansir di Financial Express, Selasa (29/12).

"Yang lebih menggembirakan, pada 66 persen petugas kesehatan kami melihat tingkat antibodi pelindung ini tinggi dan bahwa respon antibodi yang kuat ini dilengkapi dengan sel T yang kami lihat bereaksi terhadap berbagai bagian virus," lanjutnya.

Gibbons menggambarkan temuan tersebut sebagai kabar baik. Dia lantas menjelaskan, bahwa jika seseorang telah terinfeksi virus corona, ada kemungkinan besar mereka akan mengembangkan antibodi dan sel T yang dapat memberikan perlindungan jika mereka menghadapi virus itu lagi.

Sebagian besar perdebatan tentang imunitas pelindung difokuskan pada peran yang berbeda dari sel B )yang membuat antibodi), dan sel T, sel darah putih yang membantu melindungi dari virus, termasuk membunuh secara langsung.

Baca Juga


Studi terbaru menemukan, bahwa sementara respon antibodi pelindung biasanya dilengkapi dengan respon sel T, lebih dari setengah petugas kesehatan memiliki respon antibodi dan sel T. Para pekerja tersebut tidak menghasilkan respons sel T khusus untuk protein yang ditemukan di lapisan luar virus SARS-CoV-2.

Penelitian juga menemukan, bahwa respon sel T cenderung lebih tinggi pada mereka yang memiliki gejala klasik Covid-19. Sementara infeksi tanpa gejala (asimtomatik) mengakibatkan kekebalan sel T yang lebih lemah daripada infeksi bergejala, tetapi respon antibodi penetral yang setara.

Studi baru ini juga memberikan jaminan untuk upaya vaksinasi. Pasalnya, studi menunjukkan bahwa bahkan setelah infeksi ringan, individu membawa antibodi dan kekebalan sel T ke banyak bagian virus, yang dikenal sebagai epitop.

Para peneliti mencatat, bahwa sementara varian baru muncul, perubahan pada virus tidak selalu terjadi dalam epitop ini sehingga diharapkan sebagian besar pengenalan kekebalan kemungkinan dapat terus berlanjut tanpa gangguan.

"Studi kami pada kasus asimtomatik dan ringan memberikan wawasan positif tentang daya tahan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 setelah empat bulan terinfeksi," kata Ilmuwan Riset Pascadoktoral di Queen Mary, Corinna Pade.

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa ini adalah temuan penting karena orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala, sangat lazim dan mewakili dari sebagian besar infeksi di komunitas.

"Respon imun yang melimpah juga memberikan harapan untuk kemanjuran vaksin yang tahan lama," tambah Pade.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler