Ilmuwan Dibuat Bingung dengan Temuan Badai Aneh di Neptunus
Badai Neptunus diperkirakan berukuran Samudera Atlantik dan menghilang dalam 2 tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teleskop luar angkasa Hubble milik Badan Antariksa AS (NASA) Hubble, menangkap gambar di Neptunus yang memperlihatkan badai yang bergeser cepat dan berperilaku aneh. Badai di Neptunus tampaknya mengikuti pola pembentukan, penguatan dan kemudian menghilang selama sekitar dua tahun Bumi.
Badan Neptunus yang terlihat di atmosfer planet tersebut lebih dari dua tahun lalu itu telah berperilaku aneh, badai berbalik arah dan masih kuat. Badai tersebut diperkirakan berukuran lebih luas dari Samudera Atlantik.
Badai berasal dari belahan utara planet tersebut dan terlihat dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble pada 2018. Pengamatan setahun kemudian menunjukkan bahwa badai itu mulai melayang ke selatan menuju ekuator, namun kemudian badai berputar seperti berhenti. Namun, pengamatan baru-baru ini oleh Hubble memperlihatkan bahwa pusaran yang berlipat ganda itu kembali ke utara planet pada Agustus 2020.
Para ilmuwan mengatakan, pola badai yang baru ini adalah sesuatu yang sebelumnya tidak terlihat. Pada 1989, pesawat antariksa Voyager 2 memberikan tampilan dekat pertama di Neptunus. Dari Bumi, Neptunus tampak seperti marmer tak berbentuk.
Namun yang mengejutkan para astronom, Voyager 2 menunjukkan dunia yang berputar dan dinamis dari badai yang berputar-putar. Satu badai raksasa pada 1989 dijuluki sebagai Bintik Hitam Besar. Bintik Hitam Besar itu berputar di belahan paling selatan Neptunus.
Selanjutnya, para ilmuwan dapat melihat Neptunus secara lebih detail pada 1994, ketika teleskop Hubble mengarah ke planet yang jauh tersebut. Anehnya, titik misterius itu lenyap. Namun tak lama kemudian, pada 1995, Hubble melihat badai gelap lain muncul di belahan utara Neptunus. Selama tiga dekade terakhir, Hubble telah mengamati beberapa bintik hitam datang dan pergi.
Namun, badai ini disebut berbeda. Yang membingungkan, badai itu rupanya tidak sendirian. Hubble menangkap titik gelap lain yang lebih kecil pada Januari 2020 yang muncul sementara di dekat badai yang lebih besar.
Para ilmuwan mengira badai kecil itu mungkin bagian dari pusaran raksasa yang pecah, hanyut dan kemudian menghilang dalam pengamatan berikutnya. Ilmuwan planet di University of California di Berkeley, Michel H. Wong, mengatakan bahwa mereka sangat senang dengan pengamatan tersebut. Sebab, fragmen gelap yang lebih kecil berpotensi menjadi bagian dari proses gangguan titik gelap tersebut.
"Ini adalah proses yang tidak pernah diamati. Kami telah melihat beberapa titik gelap lainnya memudar, dan hilang, tetapi kami belum pernah melihat apapun yang mengganggu, meskipun itu diprediksi dalam simulasi komputer," kata Wong, dilansir di Universe Today, Kamis (31/12).
Ciri lain yang tidak biasa dari titik gelap tersebut adalah tidak adanya awan terang pendamping di sekitarnya, yang terdapat dalam gambar Hubble yang diambil saat pusaran ditemukan pada 2018. Rupanya, awan tersebut menghilang saat pusaran menghentikan perjalanannya ke selatan.
Para peneliti mengatakan, awan terang terbentuk ketika aliran udara terganggu dan dialihkan ke atas melewati pusaran. Hal itu menyebabkan kemungkinan gas membeku menjadi kristal es metana. Kurangnya awan bisa mengungkapkan informasi tentang bagaimana bintik-bintik berevolusi.
Amy Simon, yang memimpin proyek Hubble bernama Outer Planet Atmospheric Legacy (OPAL), mengatakan berkat Hubble pihaknya mengetahui tentang titik-titik gelap terbaru di Neptunus tersebut. Mereka menggunakan Hubble untuk memantau planet luar di Sistem Tata Surya.
"Kita sekarang dapat mengikuti badai besar selama bertahun-tahun dan melihat siklus hidupnya secara lengkap. Jika kita tidak memiliki Hubble, kita mungkin mengira Bintik Hitam Besar yang dilihat oleh Voyager pada 1989 masih ada di Neptunus, seperti Bintik Merah Besar Jupiter. Dan, kami tidak akan tahu tentang empat bintik lain yang ditemukan Hubble," kata Simon.