Rasa Bahagia Bisa Dipicu dengan Jalan Kaki

Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hal sederhana seperti berjalan kaki ternyata dapat membuat perasaan menjadi lebih bahagia. Namun, bukan sembarang jalan kaki yang bisa memicu rasa bahagia.

Peneliti dari University of California San Fransisco mengungkapkan yang perlu dilakukan adalah berjalan kaki di alam alam terbuka. Kegiatan ini juga dikenal sebagai awe walk atau berjalan kaki disertai dengan perasaan kagum.

Baca Juga



Melakukan awe walk, meski hanya satu kali per pekan selama 15 menit, sudah dapat memberikan manfaat bagi emosi, kesehatan mental, dan bahkan fungsi kognitif. Manfaat ini bisa didapatkan selama seseorang melakukan awe walk dengan pola pikir yang benar.

Hal ini diketahui setelah tim peneliti melakukan studi di awal 2020, sebelum pandemi terjadi. Studi ini melibatkan 60 orang dewasa sehat berusia di atas 60 tahun. Studi ini melibatkan orang-orang berusia di atas 60 tahun karena beragam studi sudah menunjukkan adanya dampak emosi negatif terhadap kesehatan fisik orang dewasa yang lebih tua.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari awe walk dan perasaan kagung itu sendiri terhadap kesehatan mental dan emosional. Dalam studi ini, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok secara acak, kelompok kontrol dan kelompok awe.

Kelompok kontrol diminta untuk berjalan kaki di ruang terbuka selama 15 menit, paling tidak satu kali sepekan. Mereka harus berjalan kaki sendiri dan dengan kecepatan berjalan kaki yang mudah. Mereka juga diminta untuk menghindari penggunaan ponsel pintar atau perangkat lain selama berjalan kaki.

Kelompok awe juga diminta untuk melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, partisipan di kelompok awe terlibat dalam diskusi selama tiga menit mengenai perasaan kagum, yang didefinisikan sebagai emosi positif yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada banyak hal yang tidak dipahami dengan segera. Mereka diminta untuk berjalan kaki sambil merasakan perasaan kagum ini saat berjalan.

Selama delapan pekan, seluruh partisipan diminta mengisi survei harian untuk mengukur tingkat kesejahteraan emosional mereka. Survei ini harus diisi meski di hari itu partisipan tidak berjalan kaki.

Setiap menyelesaikan berjalan kaki, para partisipan juga diminta mengisi survei berbeda. Dalam survei ini partisipan diminta untuk memberi tahui apa yang mereka pikirkan selama berjalan kaki. Partisipan juga diminta untuk melakukan swafoto sebelum dan setelah berjalan kaki.

Meski kelompok kontrol rata-rata berjalan kaki lebih serng dibandingkan kelompok awe, survei harian menunjukkan bahwa partisipan di kelompok awe mengalami perbaikan emosi prososial seperti rasa kasih sayang dan bersyukur. Perasaan negatif juga tampak menurun pada partisipan di kelompok awe.

Tak hanya itu, ahli ekspresi wajah juga mengungkapkan bahwa swafoto yang diambil oleh partisipan dari kelompok awe tampak lebih bahagia. Partisipan dari kelompok awe juga semakin banyak menampakkan latar belakang pemandangan mereka di dalam foto, seiring dengan berjalannya waktu. Swafoto ini menunjukkan perkembangan kemampuan mereka untuk berpikir di luar diri mereka sendiri.

"(Percakapan tiga menit sebelum studi) dapat mendorong perubahan signifikan pada pengalaman emosional harian mereka," jelas ketua peneliti sekaligus associate professor di bidang neurologi University of California San Fransisco Virginia Sturm PhD, seperti dilansir Inc, Sabtu (2/1).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini