Hal yang Paling Dicemaskan Orang Tua Selama Pandemi

Kecemasan orang tua terhadap anaknya di masa pandemi cukup tinggi.

www.freepik.com
Kecemasan orang tua terhadap anaknya di masa pandemi cukup tinggi (Foto: ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, ANN ARBOR -- Sebuah jajak pendapat nasional di Amerika Serikat mengungkap deretan kekhawatiran yang dirasakan orang tua terhadap anak di era pandemi Covid-19. Krisis kesehatan turut memengaruhi anak, baik dalam cara belajar yang serbavirtual hingga harus menghabiskan waktu di rumah saja.

Setengah jumlah orang tua AS yang disurvei mendeskripsikan Covid-19 sebagai masalah besar untuk buah hati mereka. Anak tidak bisa lagi berjumpa secara langsung dengan teman-teman sebaya, juga tidak bisa bermain dan berolahraga. Kebanyakan hanya berkutat di depan gawai atau televisi.

Berdasarkan Polling Nasional Kesehatan Anak RS Anak CS Mott di Michigan Medicine, Universitas Michigan, waktu layar dan akses berlebih media sosial jadi kecemasan utama para orang tua. Begitu juga keamanan internet, makan tidak sehat, kurang gerak, serta potensi depresi dan bunuh diri.

"Ini adalah waktu yang sangat menantang bagi keluarga, anak-anak mengalami perubahan signifikan dalam rutinitas yang bisa berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka," kata dokter anak Gary Freed, salah satu pengarah jajak pendapat.

Survei melibatkan 2.027 orang tua di seluruh AS yang memiliki anak berusia di bawah 18 tahun. Menurut Freed, kecemasan terhadap waktu akses layar gawai dan media sosial adalah hal yang bisa disiasati. Pasalnya, anak dan remaja tetap perlu memiliki koneksi dengan teman dan saudara.

Di tengah keterbatasan fisik semasa pandemi, gawai dan medsos jadi teknologi yang mendukung koneksi itu. Namun, tentunya orang tua perlu menjadi pengawas yang menetapkan aturan dan batasan. Jangan sampai penggunaan teknologi malah mengarah pada terganggunya privasi anak serta perisakan siber.

Sebagian orang tua juga menyimpan ketakutan bahwa Covid-19 mengimbas kondisi emosional dan kesehatan mental anak. Bukan hanya kesehatan fisik yang mereka cemaskan, namun keprihatinan bahwa buah hati mereka bakal mengalami mood swing, tertekan, bahkan depresi.

Merespons itu, Freed menyarankan orang tua banyak berbincang dengan anak, menanyakan bagaimana perasaan mereka terhadap apa yang sedang terjadi di dunia. Sangat penting bagi anak memahami perasaannya agar memiliki kemampuan beradaptasi dengan situasi di sekeliling.

Menurut Freed, orang tua juga harus mempertahankan rutinitas, meski pandemi mengacaukan hal tersebut. Kebiasaan yang butuh intervensi orang tua adalah jam tidur bagi anak dan remaja. Kurang tidur bisa berdampak buruk, baik terhadap fisik maupun mental.

Baca Juga


Keluarga pun perlu menghabiskan waktu bersama, meski hanya makan bareng di meja makan atau berjalan kaki di sekitar rumah. Kebersamaan itu penting agar koneksi emosional antaranggota keluarga tetap terbangun dengan kuat.

Berbeda etnisnya, berbeda pula kecenderungan kecemasan yang dirasakan orang tua. Menurut laporan jajak pendapat, keluarga beretnis Afrika-Amerika lebih mencemaskan soal rasisme yang dihadapi anak daripada infeksi corona. Mereka cemas anak terimbas ketidaksetaraan hak.

Senada dengan keluarga etnis Hispanik, yang rata-rata mencemaskan rasisme pada posisi keenam, sedangkan Covid-19 di posisi kedelapan. Secara statistik, infeksi corona lebih banyak mengimbas keluarga etnis minoritas di AS, dengan angka sakit parah dan kematian juga lebih tinggi.

Sementara, hanya keluarga kulit putih yang mengkhawatirkan kurangnya aktivitas fisik anak. "Latar belakang dan pengalaman keluarga turut membentuk hal prioritas yang mereka cemaskan terhadap anak," tutur Freed, dikutip dari laman Good Men Project, Ahad (3/1).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler