Indonesia Siap Jalani Vaksinasi Tahap Pertama

Meski sudah didistribusikan vaksin Covid-19 Sinovac belum boleh disuntikkan.

AJI STYAWAN/ANTARA FOTO
Petugas memindahkan boks berisi vaksin COVID-19 Sinovac kiriman dari Bio Farma ke tempat penyimpanan vaksin di gudang farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Muhammad Nursyamsi, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Setelah tambahan tiga juta dosis vaksin Sinovac tiba di Tanah Air beberapa hari lalu, distribusi vaksin ke seluruh Indonesia pun sudah dilakukan sejak kemarin. Sejumlah tenaga kesehatan juga sudah menerima konfirmasi sebagai kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19 tahap pertama.

Pemerintah menjadwalkan pelaksanaan program vaksinasi di seluruh daerah mulai pertengahan Januari 2021 atau pekan depan. Meskipun vaksin Covid-19 dari Sinovac sudah mulai didistribusikan ke berbagai daerah, namun pemerintah belum mengantongi Emergency Use Authorization (EUA) atau izin edar dari BPOM dan juga fatwa halal dari MUI.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah akan menggunakan data uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki maupun Brasil sebagai bahan pertimbangan penerbitan EUA di Indonesia. “Tentu ini menunggu daripada EUA dari BPOM dan juga terkait dengan kehalalan. Data-data akan digunakan mulai data Turki, data Bandung, dan juga data-data yang diberikan secara scientific dari Brasil, dan juga dari Sinovac itu sendiri,” jelas Airlangga saat konferensi pers usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (4/1).

Pemerintah juga terus mempersiapkan pengadaan berbagai vaksin baik AstraZeneca, Novavax, maupun Gavi. Airlangga pun menekankan, meskipun program vaksinasi akan segera berjalan, namun masyarakat dimintanya agar terus konsisten menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.

“Bapak Presiden tentu berharap kegiatan vaksinasi atau kedisiplinan masyarakat harus berjalan seiring karena seluruhnya itu dengan vaksinasi tetap kedisiplinan masyarakat harus tetap dijaga,” ujarnya.

Vaksinasi yang akan dilakukan terhadap 182 juta penduduk ini membutuhkan waktu hingga 15 bulan. Program ini akan dijalankan dalam dua tahap. Tahap pertama yakni akan dilaksanakan pada Januari hingga April 2021 kepada 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik di seluruh daerah. Kemudian tahap kedua akan digelar dari April 2021 hingga Maret 2022 kepada masyarakat lainnya.

PT Bio Farma telah mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 Sinovac dalam bentuk jadi ke seluruh provinsi di Indonesia sejak 3 Januari 2021 hingga 5 Januari esok. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Heriyanto menyampaikan, pada 3 Januari kemarin, vaksin Sinovac telah dikirimkan ke 14 provinsi.

“Saat ini sudah diterima dengan baik di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi,” ujarnya.

Ke-14 provinsi yang telah menerima vaksin Sinovac per 3 Januari tersebut yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Banten, Bengkulu, Sumatra Barat, Lampung, Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Kalimantan Utara, Papua, Maluku Utara, dan Maluku. Sedangkan pada Senin 4 Januari, vaksin Sinovac dikirimkan ke 18 provinsi yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, NTB, Gorontalo, NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Selain itu, juga ke Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, Aceh, Kepulauan Riau, Papua Barat, dan Sulawesi Utara.

Setelah menuntaskan pengiriman vaksin ke 32 provinsi pada hari ini. Sisa dua provinsi lagi, yaitu Jawa Barat dan Sulawesi Barat akan menerima distribusi vaksin pada 5 Januari.

"Pada 3 Januari 2021 dikirimkan ke 14 provinsi sejumlah 401.240 vial dan pada 4 Januari 2021 ke 18 provinsi sejumlah 313.000 vial," ujar dia. Proses distribusi vaksin Covid-19 ke berbagai daerah tersebut berjalan lancar dan tak menemui kendala.

Baca Juga



Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito mengatakan meski Vaksin Sinovac sudah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia, tetapi belum boleh disuntikkan. Alasannya karena belum mendapat izin penggunaan darurat atau EUA.

"EUA masih berproses, tapi vaksin sudah diberikan izin khusus untuk didistribusikan karena membutuhkan waktu untuk sampai ke seluruh daerah target di Indonesia," kata Penny.

Ia mengatakan proses penyuntikan vaksin Covid-19 hanya boleh dilakukan jika sudah mendapatkan EUA. BPOM, kata dia, akan terus mengevaluasi uji klinis Sinovac di Bandung, Jawa Barat. Selain itu, BPOM akan terus mengkaji secara seksama berbagai hal terkait vaksin Covid-19, termasuk data dari berbagai negara terkait uji klinis antivirus SARS-CoV-2 tersebut.

Kementerian Kesehatan memastikan rantai dingin dalam proses distribusi hingga ruang penyimpanan dingin untuk vaksin Covid-19 tetap aman hingga sampai ke Puskesmas untuk pelaksanaan vaksinasi. Juru Bicara Vaksin COVID-19 dari Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan Kemenkes telah melakukan verifikasi dan kajian pada fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia sejak awal sebelum vaksin Covid-19 didistribusikan.

"Kita sudah melakukan verifikasi dan tentunya kajian di awal, rantai dingin ini baik di cold room di provinsi hingga kabupaten-kota, juga rantai dingin kulkas penyimpanan vaksin ini sudah tersedia," kata Nadia.

Dia juga menyebutkan bahwa tempat penyimpanan vaksin di provinsi serta kabupaten-kota dan juga fasilitas kesehatan di daerah ditempatkan secara terpisah dengan ruang penyimpanan vaksin program imunisasi dasar rutin. "Jadi ini sudah disiapkan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk penyimpanan vaksin Covid-19 ini sudah memadai," katanya.

Nadia menyebutkan pendistribusian vaksin sudah dilakukan sejak kemarin walaupun BPOM belum mengeluarkan izin penggunaan darurat. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pendistribusian vaksin ke daerah yang memiliki geografis lebih sulit agar tepat waktu dalam pelaksanaan program vaksinasi nantinya.

Kementerian Kesehatan, kata Nadia, cukup optimistis BPOM RI akan mengeluarkan izin penggunaan darurat terhadap vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang didistribusikan oleh Biofarma. Dia merujuk hasil uji klinis tahap tiga yang telah dilakukan di Brasil, Turki, dan juga yang dilakukan di Universitas Padjadjaran Bandung. Nadia memprediksi program vaksinasi tahap pertama akan mulai bisa dilakukan pada minggu kedua hingga minggu ketiga bulan Januari 2021.

Kelompok Prioritas Vaksinasi Covid-19 - (republika/mardiah)






Dikutip dari laman Reuters, hasil awal uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Turki menunjukkan vaksin tersebut efektif 91,25 persen melawan infeksi Corona. Hasil ini jauh lebih baik daripada yang dilaporkan dari uji coba terpisah vaksin Covid-19 Sinovac di Brasil. Sinovac-Biotech diklaim terbukti efektif dalam uji coba tahap akhir di Brasil. Efektivitas vaksin Corona Sinovac disebut melebihi 50 persen.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menganalisa penyebab hasil uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Turki yang berbeda dengan Brasil. Hasil uji coba vaksin ini berbeda lantaran kemungkinan besar dipengaruhi oleh ras.

Menurut Laura, vaksin yang baik adalah yang mampu mengakomodir perbedaan ras, karakteristik. Jadi, vaksin yang memberikan efikasi yang sama pada segala kelompok. "Tentu kita berharap hasilnya juga sama-sama tinggi dengan yang di Turki," ujarnya.

Kalau efikasinya rendah, dia melanjutkan, nanti bisa dikelompokkan lagi kenapa rendah, apakah ada karaktristik dari individu yang menyebabkan efikasi rendah dan sebaliknya. Oleh karena itu, dia melanjutkan, penting untuk menunggu hasil uji klinis vaksin ini di Indonesia. Apalagi, dia melanjutkan, hasil uji klinis vaksin berbeda dari Turki dan Brasil, jadi melihat hasil uji klinis fase 3 di Indonesia jadi hal prioritas.

"Kalau dari rekomendasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO), efikasi vaksin yang baik yaitu hasil uji klinis fase 3 yang di atas 50 persen," ujarnya. Efikasi  vaksin ini mendekati 100 persen menjadi sangat baik.

Rincian provinsi penerima vaksin Covid-19

Ahad, 3 Januari 2021 untuk 14 provinsi:
1.    Jateng = 62.560 vial
2.    Jatim = 77.760 vial
3.    Bali =  31.000 vial
4.    Banten = 14.560 vial
5.    Bengkulu = 20.280 vial
6.    Sumbar = 36.920 vial
7.    Lampung = 40.520 vial
8.    Riau = 20.000 vial
9.    Sumsel = 30.000 vial
10.    Jambi = 20.000 vial
11.    Kaltara = 10.680 vial
12.    Papua = 14.680 viql
13.    Malut = 7.160 vial
14.    Maluku = 15.120 vial

Senin, 4 Januari 2021 untuk 18 provinsi:
1.    DKI Jakarta = 39.200 vial
2.    Yogya = 26.800 vial
3.    NTB = 28.760 vial
4.    Gorontalo = 4.800 vial
5.    NTT = 13.200 vial
6.    Kalsel = 25.000 vial
7.    Sultra 20.400 vial
8.    Kaltim = 25.520 vial
9.    Kalbar = 10.000 vial
10.    Kalteng = 14.460 vial
11.    Sumut = 10.000 vial
12.    Sulsel = 30.000 vial
13.    Sulteng = 11.000 vial
14.    Bangka Belitung = 6.280 vial
15.    Aceh = 14.000 vial
16.    Kepri = 13.00 vial
17.    Papua Barat =7.160 vial
18.    Sulut = 13.200 vial



BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler