Bursa New York Batalkan Rencana Penghapusan Perusahaan China

Pencabutan delisting saham China membuat bursa Hong Kong melonjak.

Colin Ziemer/New York Stock Exchange via AP
Aktivitas di New York Stock Exchange
Rep: Adinda Pryanka  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bursa Efek New York (NYSE) telah menarik rencana untuk menghapus saham dari tiga operator telepon milik negara China. Kebijakan ini diambil atas perintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang diperingatkan oleh Beijing akan potensi tindakan balasan.


Dalam pernyataan resmi yang dilansir di AP News, Selasa (5/1), keputusan untuk membatalkan delisting telah melalui konsultasi lebih lanjut dengan regulator. Tapi, tidak ada rincian lebih lanjut.

Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri China mengkritik Washington karena telah menekan perusahaan asing, namun mereka tidak memberikan komentar langsung atas pengumuman NYSE.

Sebelumnya, Kamis (31/12), NYSE berencana menghapus China Telecom Corp Ltd, China Mobile Ltd dan China Unicom Hong Kong Ltd di bawah perintah Trump pada November. Trump melarang orang Amerika berinvestasi di sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan yang dianggap terkait dengan militer China, termasuk oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

PLA yang memiliki 2 juta anggota adalah salah satu kekuatan militer terbesar dan bersenjata lengkap. Mereka menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan kapal selam nuklir, pesawat tempur, rudal balistik dan senjata canggih lain.

Perintah Trump itu menambah ketegangan hubungan antara AS dengan China terkait teknologi, keamanan dan tuduhan mata-mata.

Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, telah menambahkan 35 perusahaan dalam daftar hitam mereka. Selain operator telepon, termasuk di dalamnya adalah raksasa peralatan telekomunikasi Huawei, pembuat chip prosesor terbesar di China, tiga produsen dan konstruksi minyak milik negara hingga perusahaan dirgantara.

BACA JUGA: Balada Jack Ma: Dari Hero Menjadi Zero

Sebelumnya, pemerintahan Trump telah memberlakukan kontrol ekspor dan memberikan sanksi lainnya pada beberapa perusahaan China, pembatasan visa pada anggota Partai Komunis yang berkuasa dan pembatasan lainnya,

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Han Chunying mengatakan, delisting akan berdampak terbatas pada perusahaan Cina. Tapi, jangka panjangnya, akan merusak kepentingan nasional dan citra AS. Ia berharap, Washington akan berbuat lebih banyak untuk menjaga ketertiban pasar keuangan global dan melindungi investor.

Analis politik memproyeksikan akan adanya sedikit perubahan kebijakan di pemerintahan AS di bawah presiden terpilih Joe Biden yang akan mulai memimpin pada 20 Januari.

Dengan pencabutan rencana delisting, saham yang diperdagangkan tiga operator telepon di bursa Hong Kong melonjak pada Selasa. China Telecom naik 3,4 persen, China Mobile melonjak 5,7 persen dan China Unicom melonjak 8,5 persen. Sebelumnya, saham mereka turun.

Pemerintah China menuduh Washington menyalahgunakan keamanan nasional sebagai alasan untuk menghambat persaingan dan telah memperingatkan, perintah Trump akan merugikan AS dan investor lain di seluruh dunia.

 Pada Sabtu (2/1), Kementerian Luar Negeri mengatakan, Beijing akan mengambil tindakan pencegahan yang dibutuhkan untuk melindungi perusahaannya. Pemerintah membuat pengumuman yang sama terhadap sanksi AS sebelumnya.

BACA JUGA: Balada Jack Ma: Dari Hero Menjadi Zero

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler